Tak
terasa dari tahun 2008 silam, lima tahun sudah
Pemilihan gubernur (Pilgub) kita lakukan. Beberapa bulan terakhir,
suasana panasnya politik sudah mulai terasa.
Kalau kita telusuri, mulai dari pencalonan bakal calon (Balon) gubernur dan wakil gubernur (Wagub) , hingga menjadi calon gubernur dan wagub. pendaftaraan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) , pengambilan nomor urut dan masa kampanye.
Tak jarang elit-elit politik mempertontonkan “politik panasnya”, mereka tak lagi segan satu sama lain. Sebagai masyarakat kita pun larut dalam suasana seperti ini.
Kalau kita telusuri, mulai dari pencalonan bakal calon (Balon) gubernur dan wakil gubernur (Wagub) , hingga menjadi calon gubernur dan wagub. pendaftaraan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) , pengambilan nomor urut dan masa kampanye.
Tak jarang elit-elit politik mempertontonkan “politik panasnya”, mereka tak lagi segan satu sama lain. Sebagai masyarakat kita pun larut dalam suasana seperti ini.
Meskipun,
beberapa hari terakhir menjelang pesta demokrasi menuju riau 1 . Sudah ditetapkan sebagai masa tenang. Hangatnya suasana politik memang
tak dapat kita elakkan. Media- media lokal memuat , Tv-tv memberitakan. Seolah-olah inilah
berita hangat saat ini yang ada di Riau,
namun sayang untuk di lewatkan.
Entah berapa lama lagi suasana hangat semacam ini kembali normal. Mungkin, tak cukup waktu sehari dua hari untuk kembali kesedia kala.
Entah berapa lama lagi suasana hangat semacam ini kembali normal. Mungkin, tak cukup waktu sehari dua hari untuk kembali kesedia kala.
Lagi-
lagi, hari ini suasana Kembali semakin memanas. Puncaknya di perkirakan hari
ini. Namun tidak berarti berakhir hari
ini juga. Karna jalan masih panjang,
licin dan penuh dengan tikungan. Bisa
saja, setelah hari ini jika KPU sebagai sang Supir .
Tidak berhati-hati dan alam tak bersahabat. Akan berakibat fatal. Episode demi episode yang telah lewat akan terbuang secara sia-sia. Hanya menjadi lembaran sejarah kelam, yang akan di baca oleh anak cucu pada saat nanti.
Tidak berhati-hati dan alam tak bersahabat. Akan berakibat fatal. Episode demi episode yang telah lewat akan terbuang secara sia-sia. Hanya menjadi lembaran sejarah kelam, yang akan di baca oleh anak cucu pada saat nanti.
Belajar
dari pemilu kada pemko pekanbaru sebelumnya. Karna jalannya terjal. Sang supir
tak sanggup mempertahankan bus yang sudah melaju kenjang. Akibatnya
fatal.Terpaksa diadakan pemungutan suara ulang.
Sebagai masyarakat kita tidak menghendaki hal ini terjadi. Karna akan menguras uang negara entah itu APBD ataupun APBN namanya. Yang jelas itu adalah duit rakyat. Kita berharap KPU sebagai penyelenggara pemilu kada ini bisa bersikap bijak dan arif.
Sebagai masyarakat kita tidak menghendaki hal ini terjadi. Karna akan menguras uang negara entah itu APBD ataupun APBN namanya. Yang jelas itu adalah duit rakyat. Kita berharap KPU sebagai penyelenggara pemilu kada ini bisa bersikap bijak dan arif.
Sebagai
masyarakat kita mempunyai tugas untuk ikut mensuskseskan event akbar ini. Ia caranya tentu tidak terjebak
dalam money politik. Tapi tak cukup
hanya sebatas itu saja.Untuk terciptanya
pemilu kada yang berkualitas kita juga di tuntut untuk menggunakan hak politik
kita . Tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun.
Karna lima menit kita berada di bilik suara, lima tahun kedepan dampaknya kita rasakan. Karena itu, siapa pun orangnya. Entah itu elit elit di negri ini, seperti gubernur , bupati, konglomeratdan sebagainya. Dalam pemilu hari ini mereka punya derajat dan hak yang sama dengan seorang petani, pengemis, pengamen yang di jalan. Suara suara politik mereka yang telah disalurkan di hitung sama.
Karna lima menit kita berada di bilik suara, lima tahun kedepan dampaknya kita rasakan. Karena itu, siapa pun orangnya. Entah itu elit elit di negri ini, seperti gubernur , bupati, konglomeratdan sebagainya. Dalam pemilu hari ini mereka punya derajat dan hak yang sama dengan seorang petani, pengemis, pengamen yang di jalan. Suara suara politik mereka yang telah disalurkan di hitung sama.
Mungkin
selama ini sebagai masyarakat , jika
berhadapan dengan hukum, ataupun
berurusan dengann administrasi pemerintahan . Kita tak mendapat hak yang
sama dengan golongan elit di negri ini. Tapi hari ini masyarakat kecil mempunyai
derajat yang sama dengan elit elit di negri ini. Inilah “hari sakti” bagi
masyarakat kecil. Suara Mereka punya
pengaruh yang sama dengan elits di negri ini.
Suara- suara mereka, hari ini di
agung-agungkan. Seolah-olah hari ini “suara masyarakat adalah suara tuhan”.
Yang akan menentukan siapa gubernur Riau mendatang. Yang akan membawa perubahan
di negri ini.
Apakah itu perubahan kearah positif...?
atau perubahan ke arah Negatif..? .
Tapi yang jelas mereka yang terpilih menjadi gubernur dan wagub nanti la..,yang mempunyai kesempatan lebih, untuk mengubah negri ini. Dibandingkan dengan masyarakat biasa.
Apakah itu perubahan kearah positif...?
atau perubahan ke arah Negatif..? .
Tapi yang jelas mereka yang terpilih menjadi gubernur dan wagub nanti la..,yang mempunyai kesempatan lebih, untuk mengubah negri ini. Dibandingkan dengan masyarakat biasa.
Inilah,
demokrasi. Namun, terkadang demokrasi sering di nodai.
Entah itu, oleh politikus dam orang-orang yang yang punya kepentingan instans di negeri ini. Mereka berfikir secara pragmatis dan individualis. Yang mereka utamakan kepentingan- kepentingan golongan golongan yang bersifat sesaat.
Entah itu, oleh politikus dam orang-orang yang yang punya kepentingan instans di negeri ini. Mereka berfikir secara pragmatis dan individualis. Yang mereka utamakan kepentingan- kepentingan golongan golongan yang bersifat sesaat.
Oleh
karena itu, saya berpesan kepada semua pembaca. Hari ini adalah “hari sakti”
yang ada dalam hidup kita. “Kesaktian ini” adalah milik kita sepenuhnya. Namun
, semua itu tergantung kepada kita. Apakah kita menggunakan kesaktian “hari
sakti ini”. Atau “hari sakti ini” kita
abaikan saja..!, kita buang, dan kita biarkan dia berlalu tanpa arti....!. Atau kita memberikan “kesaktian kita hari ini”
kepada orang yang salah..? atau kita berikan “kesaktian kita ini” dengan orang
yang amanah dan mampu untuk memimpin Riau ini..!
Semua
itu tergantung kita. Yang jelas “hari sakti ini” tak bisa di temukan setiap hari. Dia tak
selalu ada setiap tahun.. Dia bukanlah
moment yang bisa membuat orang miskin jadi kaya, atau sebaliknya. Dia juga
tidak seperti lailatul kadar yang baik
dari seribu bulan.
Tapi
dia adalah “ajang” bagi kita masyarakat kecil untuk menyampaikan suara politik
kita. Oleh karena, jangan berharap banyak dari negeri ini. Kalau hari ini kita
tak peduli.
Dan jangan berharap masyarakat Riau menjadi masyarakat madani, kalau hari ini memilih mengharap materi. Tapi pilih lah pemimpin untuk negri ini mengunakan “hati nurani” .
Dan jangan berharap masyarakat Riau menjadi masyarakat madani, kalau hari ini memilih mengharap materi. Tapi pilih lah pemimpin untuk negri ini mengunakan “hati nurani” .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar