Mahasiswa sering di
sebut sebagai agent of change. Namun
dalam kehidupan demokrasi dikampus mahasiswa sering ditumpangi oleh banyak
pihak, baik itu politik praktis, kepentingan organisasi eksternal kampus,
kepentingan kelompok dan golongan. Sehingga dalam realitanya gelar agent of change masih diragukan untuk
mahasiswa saat ini. Contohnya,Pelaksanaan kongres UIN Suska Riau tahun 2013
silam, berlangsung tiga kali dalam waktu yang berbeda. Dipandu oleh tiga
pimpinan sidang yang berbeda untuk satu kesepakatan.Sehingga sempat terjadi
hujan intrupsi yang kurang etis, bahkan adu fisik pun tak terelakkan, baik itu
sesama mahasiswa dan pihak keamanan. Seharusnya, hal seperti ini tak harus
terjadi pada masyrakat kampus yang akademis.
Bukan hanya itu sepanjang tahun 2013 silam,
banyak ‘aksi’ yang di lakukan oleh mahasiswa UIN Suska Riau. Mulai dari Gejolak
di Fakultas Ushuluddin, mahasiswa Fakultas Ussuluddin menilai pemilihan ketua
jurusan Tafsir Hadist (TH) ada indikasi kecurang oleh senat di fakultas
tersebut. Setelah melakukan ‘aksi’ beberapa kali, akhirnya diadakan audiensi
antara mahasiswa dan senat. Setelah audiensi dilakukan akhirnya ditemukan
indikasi kecurangan tersebut.
‘Aksi’ Gempika (Gerakan Mahasiswa Peduli UIN
Suska) menolak datangnya beberapa tokoh politik nasional yang datang ke UIN Suska.
Mereka menilai acara tersebut serat
dengan politik praktis. Selain itu, Gempika mengaku menemukan bukti adanya
politik praktis. Dalam ‘aksi’ tersebut juga terjadi bentrok anatara Gempika
dengan pihak keamanan. Baru-baru ini juga ada ‘aksi’ pengumpulan koin oleh
Mahasiswa jurusan Kimia. Puncaknya, mereka melakukan ‘aksi’ kerektorat, dan
memblokir beberapa ruas jalan yang ada di di kampus UIN Suska. ( saan)