"Gajah di pelupuk mata tak
nampak semut di seberang lautan nampak."
Kata banyak orang ,dalam peribahasa terkandung pemikiran yang berasal dari pengalaman hidup dan ketajaman pemerhatian masyarakat terhadap alam sekitar mereka.
Tapi pada saat sekarang tak semua pribahasa bisa kita gunakan lagi, karena sifat nya ada yang mustahil dan tak logis. Contohnya adalah pribahasa di atas . Kan aneh gajah bisa di pelupuk mata.
Sebagai mahluk yang cerdas. Dulu ,ketika kita mendengar peribahasa ini
seolah olah akal dan rasional kita kita kesampingkan padahal jelas sebagai
mahluk rasional kita harus berfikir.
Aku tahu ini memang sebuah pribahasa, mungkin saudara saudara dan saya
masih kenal gajah. Tapi apakah kita tidak pernah terfikir bahwa gajah itu
semakin hari langka. Oke lah, mungkin generasi bangsa 20 -30 tahun lagi kenal
gajah bisa melihat gajah.
Tapi, bagaimana dengan generasi bangsa 100 tahun mendaatang ,bahkan ribuan
tahun kedepan. apakah mereka bisa melihat gajah seperti kita pada saat
sekarang.
Sebagai generasi muda , yang saya takutkan nanti . Ketika gajah tak bisa di temukan lagi, generasi muda ratusan tahun mendatang mengganggap gajah itu tidak sebesar sekarang. karena ada pribahasa yang "tak mendididk" ini " Gajah di pelupuk mata tak nampak semut di seberang lautan nampak".
Kalau pribahasa tersebut kita pahami secara redaksional, Gajah bisa di pelupuk mata. Coba ayo sama sama kita jujur, kalau seandainya kita tidak kenal dan tidak pernah melihat gajah bagaimana pikiran pembaca sekalian tentang gajah ketika mendengar pribahasa ini.
Saya tak bisa menebak bagaimana
pikiran anda tentang gajah ketika tidak pernah melihat gajah dan mendengar
pribahasa diatas. Ahirnya apa, Karena setiap manusia punya pola pikir yang
berbeda.
Mungkin ada yang menganggap gajah seperti
semut atau serangga lain nya. Sehingga apa yang terjadi . Timbul
“perbedebatan”.
Beerapa banyak waktu yang di
habiskan, tenaga yang di gunakan. Hanya karena,
pribahasa yang tak mendidik dan tak secara rasional..
Oleh karena itu sebagai generasi
muda, tanpa mengurangi rasa hormat kepada pemikir dan sastrawan terdahulu. Saya
ingin menyampaikan pemikiran saya ini. Memang pada saat sekarang saya bukan
siapa siapa.
Tapi tulisan ini sengaja saya
buat demi generasi muda bangsa yang akan datang. Saya tak ingin generasi
penerus bangsa ini berselisih, berdebat hanya karena membaca pribahasa diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar