Bagian (1)
Dari
kejauhan, di pelataran ruangan Tetar Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial terlihat beberapa orang Mahasiswa mondar-mandir. Mereka
adalah generasi muda yang punya keinginan kuat, punya niat baik untuk membangun
indonesia. "Langkah kecil untuk perubahan besar," adalah moto yang diusung.
Pagi ini kamis 16 januari 2014 kumpulan generasi muda yang tergabung dalam UIN Suska mengajar (USM) jilid II.
Pagi ini kamis 16 januari 2014 kumpulan generasi muda yang tergabung dalam UIN Suska mengajar (USM) jilid II.
Akan
menggalang dana untuk melakukan UIN Suska mengajar, daerah yang mereka tuju adalah Indra Girihulu,
Rangtau Langsat tepatnya. Menurut sejarah, daerah ini telah dihuni oleh suku Talang mamak dari
ratusan tahun silam hingga sekarang. Namun, dari segi budaya dan
peradaban mereka termasuk suku terbelakang
Panitia USM jilid II saat mengadakan seminar penggalangan dana |
.
Seminar 'kedok' yang pilih. Beberapa hari sebelum melakukan acara tersebut
panitia telah
‘membidik’ beberapa Dekan , kajur, bahkan beberapa orang dosen yang ada dikampus UIN Suska. Mereka yang diundang adalah
orang-orang yang dianggap peduli terhadap kegiatan sosial, dan pendidikan masyarakat terpencil,
seperti suku Talang mamak. Pihak rektorat juga jadi target, kusus dalam acara
ini Wakil Rektor (WR) III, bidang kemahaiswaan.
Selain
itu, beberapa organisasi Internal kampus turut menjadi 'sasaran'. Persiapan untuk melakukan seminar tersebut
memang tak terlalu matang. Tidak menghabiskan waktu sebulan atau semingu, hanya
beberapa hari saja. Sehingga kesannya,
dadakan. Ini memang tak bisa dipungkiri. Tapi yang tertpenting kita telah mencoba. Berhasil
atau gagal hanya proses akhir yang kita terima, meskipun tak berusaha.
Namun
saat ini kutengok jam di Hanpond ku
sudah mendekati jam 9 pagi, menurut jadwal
yang dibuat panitia sebentar lagi seminar akan dimulai. Tapi belum ada seorangpun yang
datang dari tamu undangan maupun peserta seminar. Ku tengok muka-muka panitia
lainya, dari wajah mereka terlihat kekecewaan, mungkin kecemasan lebih tepatnya. Mereka cemas
peserta tidak ada yang datang, mereka juga cemas seminar yang bertujuan untuk
menggalang dana malah menghabiskan dana. Meskipun
Selang
beberapa saat kemudian, pembicara pertama bang Norman datang. Menurut cerita ketua panitia USM jilid II
Reza, bang norman adalah keturunan asli suku talang mamak. Dia merupakan salah
satu generasi muda talang mamak yang berhasil menerobos mitos.
Menerobos mitos, bahwa talang mamak tak selamanya terbelakang, tak selamanya buta huruf dan tak selamaya kolot dan tak berpendidikan yang identik dengan suku terpencil. Bang Norman meskipun keturunan suku talang mamak ia telah menyelesaikan studi S2 nya.
Menerobos mitos, bahwa talang mamak tak selamanya terbelakang, tak selamanya buta huruf dan tak selamaya kolot dan tak berpendidikan yang identik dengan suku terpencil. Bang Norman meskipun keturunan suku talang mamak ia telah menyelesaikan studi S2 nya.
Menurut
cerita dari Bang Norman, sebetulnya ‘generasi muda’ suku talang mamak sudah lumayan
banyak mengenyam pendidikan di Universitas yang ada dipekanbaru. Namun, hanya
sebagian kecil yang mau mengakui secara terang-terangan, bahwa mereka keturunan
suku talang mamak.
“Mungkin mereka malu,” kata Norman.
“Mungkin mereka malu,” kata Norman.
Karena
selama ini Suku Talang mamak identik dengan suku terbelakang, seolah-olah
mereka warga kelas dua di Negara ini. Padahal tak selamanya benar. Namun bagi
Norman tak ada malunya mengakui asal muasalnya. Yang jelas saat ini, secara
fisik tak ada yang bisa membedakannya, bahwa dia Suku Talang mamak atau bukan.
Dari
segi pendidikan Norman sudah tak mencerminkan suku terbelakang. Hanya pengakuan dari Norman lah yang bisa
membuat kita yakin bahwa dia suku Talang mamak. Jika seandainya, Norman tak
mengakui tak ada yang tahu, kecuali orang dekatnya dan Norman sendiri. Di
seminar ini, Norman diundang sebagai pemateri, ia menjelaskan tentang sejarah
dan kondisi terkini di Suku Talang mamak.
Matahari
pagi pun semakin jelas. Mungkin siang ini cuaca lumyan panas, di pagi hari
kurang dari jam sembilan pagi, matahari telah menyinari Fakultas Ekonomi dan
Ilmu sosial dengan ‘tegas’. Kulihat dilantai dasar gedung belajar, sekelompok
mahasiswa berpakaian Hitam Putih berjalan dengan santai, ada yang bersenda
gurau, bercanda, dan memegang buku.
“Ooo..iya sekarang
semua Fakultas sedang sibuk-sibuknya Ujian Akhir Semester (UAS) ,“ pikirku
dalam hati.
Kecemasan
akan peserta yang tidak datang semakin meningkat. Apalagi di saat sekarang
kondisi mahasiswa yang apatis makin tinggi, mereka tak mau tahu terhadap
lingkungan mereka . Ditambah mahasiswa sibuk dengan UAS nya masing-masing, mustahil mereka mau meninggalkan
ujian. Karena kebanyakan mereka, nilai adalah segala-galanya.
Secara Logika sudah jelas peserta yang datang
hanya sedikit. “Meskipun ada yang datang, kemungkinan besar hanya panitia dan
pembicara,” itu yang terpikir olehku saat itu.
Setelah jenuh dengan
situasi dipelataran Fakultas Ekonomi dan Ilmu soial, aku masuk keruangan teater
sambil menengok beberapa buku sumbangan dari donatur. Kutengok Covernya kurang
menarik atau karena kecemasan tak ada peserta yang datang, aku kembali menuju
keluar gedung teater. Setelah berjalan menyusuri pelataran yang ada di Fakultas
tersebut. Satu persatu mading yang ada di situ kubaca. Setiap tulisan kata demi
kata kutengok denga teliti. Setelah usai membaca tulisan tersebut, aku kembali masuk
keruangan . Setelah sampai diruang tersebut, aku sengaja duduk paling belakang.
Kuhitung jumlah manusia yang ada di ruangan itu hanya berkisar dua puluhan
orang. Untuk beberapa saat aku hanya bisa termenung.
Tak
berapa lama kemudian, aku kaget dengan kedatangan DR Akhyar Wakil Rektor III
UIN Suska Riau. Kulihat kearah depan, ternyata peserta juga sudah mulai bertambah, meskipun tak banayak. Ada sekitar
tiga puluhan kepala, ketika kuhitung dari belakang. Mereka duduk tak beraturan
mungkin karena ruangan teater tersebut tidak penuh oleh peserta, jadi panitia
tidak menyuruh peserta maju kekursi kosong yang ada kedepan. Ketika acara di
mulai, aku maju kedepan sambil membawa kamera SLR. Karena saat itu aku bertugas
sebagi dokumentasi.
Setelah
sampai di bagian depan, kulihat dari samping DR Akhyar bersama Prof Muhmida
Yelli. Aku tidak tahu persis entah siapa diantara mereka yang dulu datang
keruangan tersebut. Mungkin disaat aku melamun, mereka datang.
Diantara
undangan yang disebar panitia, hanya tiga orang dari pihak dosen yang datang.
PRof Muhmida Yelli dan DR Akhyar, DR Elviandri sebagai pembicara . Mereka rela
datang meskipun acara tersebut dilakukan dengan sederhana. Prof Muhmida yelli,
beliau menyempatkan hadir diacara tersebut, meskipun sudah beberapa hari tidak
masuk kuliah, walau tugas sudah menumpuk.
Kesibukan
beliau terlihat diruangan tersebut, dia sengaja membawa buku untuk mengerjakan
tugas yang telah menumpuk. Meskipun, beliau tidak bisa mengikuti kegiatan
tersebut hingga akhir acara. Dalam pidato singkatnya, Prof Muhmida yelli sangat
mendukung kegiatan tersebut, beliau berpidato dengan antosias dan memotifasi
panitia yang hadir saat itu. Prof Muhmida yelli juga siap membantu jika
diperlukan, dalam USM jilid II. Sebelum meninggalkan panitia USM Prof Muhmida
Yelli, sempat mengatakan bahwa tidak enak hati meninggalkan panitia, namun
karena telah ditunggu oleh tugas, ia dengan berat hati meninggalkan ruangan
tersebut.
“ Kepada Nanda, ibu
permisi dulu, sebetulnya ibu juga tak enak meninggalkan kalian disisni. Tapi
karena di tunggu tugas,” hal itu beliau
sampaikan dengan mimik muka yang serius dan berat, sebelum dia keluar ruangan didepan
semua panitia dan peserta yang hadir saat itu.
Selain PROf Muhmida
Yelli, DR Akhyar juga menunjukkan dukungannya terhadap USM Jilid II. Namun,
beliau hanya bersama panitia diruangan tersebut beberapa menit saja. Hal ini
disebabkan karena Rektorat lagi kosong, Rektor, Wakil Rektor I dan II tidak ada
di ruangan. Mereka ada tugas keluar.Jadi, beliau khawatir jika ada tamu atau
urusan penting yang perlu diselesaikan cepat. Namun, beliau menyampaikan pesan
pada PROf Muhmida Yelli, bahwa beliau mendukung kegiatan tersebut, hal ini
disampaikan oleh Prof Muhmida Yelli dalam pidato singkatnya.
###
Setelah
Norman, pemateri pertama menjelaskan tentang suku Talang mamak dan permasalahan
yang dihadapi saat ini. Disambung oleh Prof Muhmida Yelli memberikan motifasi
dengan pidato singkatnya. Selang beberapa saat kemudian DR Elviandri , datang.
Kutengok jam di Hp ku . Sudah mendekati jam sepuluh tiga puluh.
Panitia
dan peserta terlihat mulai bosan, di tambah hari sudah mulai siang. Bahkan ada
beberapa peserta yang telah keluar dari ruangan tersebut. Mungkin mereka
memang bosan, atau mereka ujian, karena
saat ini semua Fakultas di UIN Suska lagi UAS.
DR
Elviandri merupakan dosen di Fakultas Pertanian dan Feternakan UIN Suska,
selain itu beliau juga mengajar di beberapa perguruan tinggi yang ada di Riau.
Mantan Aktifis 98 ini merupakan salah satu dosen yang cukup peduli dengan
kegiatan yang bersifat sosial. Bukan
hanya di tingkat, lokal atau nasional ia pernah diundang sebagai pemateri hingga kenegara lain.
Banyak Negara yang pernah didatangi oleh Alveandri.
Meskipun
peserta dan panitia yang hadir dalam ruangan tersebut hanya sedikit. Tak ada
terihat kecewa di raut mukanya. Saat menyampaiakan materi motifasi, banyak tepuk tangan yang terdengar diruangan tersebut. Sesekali juga di selingi tawa peserta dan panitia, jika ada yang dianggap lucu. Ia berhasil
memotifasi peserta dan panitia yang hadir saat itu. Sebelum menyampaikan
materinya satu hal yang masih teringat oleh ku saat ini. “ Pemuda itu tak perlu
ramai. Jika bungkarno berkata, berikan aku 10 pemuda biar kugonjangkan dunia.
Kita cukup segini, kita goncang indonesia dan dunia dari panam raya,” ujar
Elviandri memotifasi dengan guyonan.
Selain
kata diatas ada banyak motifasi yang
disampaikan Elviandri, beliau tak hanya kaku dalam menyampaikan motifasi, tidak
pula menoton dan penuh dengan teori ilmiah. Tapi semua motifasi tersebut beliau
sampaikan dengan menarik ala kaum akademis. Pada hal sebelum Elviandri
menyampaikan materi muka panitia dan peserta terlihat bosan dan mengantuk.
Di
acara tersebut Elviandri juga berkata, “ Disaat tekanan kalian masih sempat
berpikir untuk orang lain. Disaat semua mahaiswa sibuk dengan UAS nya, di saat
semua orang sibuk dengan kegiatannya, tapi mahasiswa yang hadir sini sempat
berpikir untuk indonesia untuk orang lain. Pada hal tak tahu nanti siang makan
apa atau makan mie instan” ujarnya dengan guyonan.
Menurut
beberapa mahasiswa yang pernah bertemu dengan Elviandri, beliau adalah sosok
motivator, idealis, dan
berwawasan luas. Melba FF pernah mengatakan, “ Pak Elviandri Mario Teguhnya UIN
Suska,” ujar melba sambil bercanda.