Oleh Edo Fernando
penulis ( Apoy / Mahasiswa Ilmu Komunikasi) |
Banjir
lagi. Banjir lagi.
Letus
lagi. Letus lagi.
Wah wah.
Sepertinya bencana ini tidak surut dari pemberitaan media massa sekarang. Tidak
sekali tapi berulang kali bencana ini melanda Indonesia. Jawa yang katanya
pulau terpadat di Indonesia sudah dikepung oleh banjir. Empat hari cuaca di
Indonesia tidak stabil. Musim pancaroba katanya. Matahari pun jarang terlihat
dan menyinari permukaan bumi Indonesia. Hangatnya matahari kian susah didapat.
Yang ada hanya air yang terus mengalir dari dataran permukaan tinggi ke tempat
yang rendah.
Pulau
hangat. Begitu para ahli menyebutnya. Jawa khususnya adalah pulau terpadat.
Kian padatnya Jakarta. Banyak yang bilang Pulau Jawa akan tenggelam diwaktu
yang tidak bisa dipastikan. Hati hati saja penduduk Jawa sana.
Ane pikir
banyak alasan kenapa para ahli menyebutkan kenapa Jawa akan tenggelam. Karena
setiap tahunnya penduduk Jawa kian bertambah. Pendatang baru dari berbagai
penjuru Indonesia kian terpesona akan megahnya Jawa khususnya Jakarta.
“Ane
sarankan cepat pindah dan cari tempat yang mungkin layak dihuni,” saran aja
sih.
Aneh ane
melihat kondisi Indonesia saat ini. sekarang banyak masuk kepentingan politik.
Loh coba
lu bayangin aja. Bencana itu pasti ada bantuan kan. Gimana kalau saat bantuan
kepentingan itu masuk. Kita kan bentar lagi ada pemilu. Jangan salah kalau black campaign masuk perlahan lahan
kepada masyarakat.
Ini bisa
bahan acuan juga bagi orang orang yang
mau mengkritisi tulisan ini. Miris memang. Tapi itulah Indonesia. Penuh dengan
teka teki. Orang sering sekali beretorika yang tidak sesuai dengan di lapangan
nantinya.
Tapi ada
aja yang milih pemimpin kayak yang beginian. Lu sadar gak sih. Jadilah orang
aring yang bermanfaat bagi orang sekitarnya.
Kembali
pada masalah bencana khususnya banjir. Bisa gak lu gak buang sampah gak
sembarangan. Lu bayangin aja kalau satu hari orang punya satu sampah. Itung
dech berapa jumlah penduduk kita. Buang dech ditepi jalan ato dimana kek. Jadi
gining tu sampah. Belom baunya yang menyengat.
Tiba tiba
hujan mengguyur tempat yang elo buang sampah tadi datang. Apa yang terjadi.
Bisa mandek tu air hujan yang jatuh ketempat itu. Empat hari hujan tanpa henti.
Banjir bandang datang. Patutnya lu bersyukur ato berdosa sih.
Di Pulau
Hangat dikepung banjir. Di pulau sebrang. Sumatera sedang berkabung. Gunung
Sinabung meluapkan amrahnya dengan mengeluarkan asap erupsinya. Lagi bencana
datang lagi. Berenten bancana menghantui Indonesia.
Ane
pertanyaan nih?
Kalau
gunung yang aktif itu ketika erupsi apa ada hubungan yah dengan gunung gunung yang aktif din sekitarnya?
Bagi donk
ilmunya??
Karena ane
lihat di pemberitaan. Gunung Marapi tepatnya di Sumatera Barat yang notabenenya
masih dalam status aktif juga erupsi. Beberapa kali mengeluarkan asap tebal.
Kejadian ini tidak jauh beda dengan meletusnya Sinabung. Kabar terbaru Sinabung
kembali erupsi dan meluncurkan awan panas.
Ini analisa
ane yah.
Sebenarnya
alam kita ini murka dengan prilaku kita yang sok sok menjadi penguasa di bumi
ini. Banyak sekali kejadian alam yang mempertontonkan kekuasaan tuhan. Itu
sudah menjadi tanda bahwa kita hidup tidak sendiri.
***
Belum lagi
banjir bandang yang melanda Manado. Memang menurut ane tak salah kita salahkan
manusia. Awan panas. Kebayang gak awan panas bro. Bisa mati tu makhluk hidup.
Yang namanya panas bisa jadi terbakar, terpanggang. Lu bisa cari sendiri arti
kehidupan seperti apa?
Yang jelas
ane berharap aja ada suatu moment yang bisa membuat manusia kembali ke
kodratnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak terjadi lagi pertumpahan darah
dan apalah namanya itu yang bisa membuat kerugian pada kita sesama.
Teori ujan
ada yang tahu gak. Kenapa harus ada hujan. Dan kenapa harus ada panas juga.
Kadang ane
heran juga dengan ane sendiri. Bisa bisanya hidup dan menikmati indahnya ala
mini. Ane gak kepikiran kalau sempat ada tarif untuk tinggal di bumi dan beli
tabung oksigen setiap hari yang gunanya untuk bernafas. Lu bayangin aja. Berapa
dana yang harus kita keluarkan untuk membeli itu.
Masalah bencana
harus dikaji secara holistic. Tidak bisa kita mengakaji secara satu sudut
pandang saja. Secara agama di kaji. Secara ilmu juga di kaji. Jadi jangan hanya
memakai satu unsur saja. Karena itu dapat menjadi perdebatan di antara kita.
Setuju lu
kalau ane bilang Indonesia adalah negeri kaya akan alamnya dan panoramanya yang
eksotis. Tapi kita kurang bisa akan memanfaatkan ilmu.
Ane ada
temen kuliah di negeri tetangga. Namanya Udin dia memang jagok dalam segala
halo. Ane gak ragu dia bisa ke sana. Ya dia memang punya otak komputer.
Sekarang dia menekuni jurusan di bidang itu ya jaringan, segala yang
berhubungan dengan komputer.
Sekarang
coba bandingkan aja dengan universitas yang ada di Indonesia. Pasti beda jauh.
Ane ambil satu aja contoh. Masalah sarana dan prasarana. Pemerataan ini yang
belum ada di Indonesia. Banyak universitas punya mahasiswa pintar tapi minim
sarana.
Ya untuk
apa juga punya otak pintar tapi hanya bisa di simpan dalam otak. Tidak di
aplikasikan dengan semestinya. Ane tidak sepenuhnya menyalahkan universitas.
Tapi di sini ane hanya coba mengkritisi yang terjadi di lapangan.
Ane
berharap aja ada yang bisa buat suatu inovasi yang bisa menghentikan banjir di
Indonesia. Ilmu yang bermanfaat juga untuk kemaslatan bersama. Tidak salah juga
semuanya. Tapi yang jelas kita harus berbenah.
Thank’s
Edo Fernando
Bagi pembaca yang mau mengirim Tulisan jenis apa pun kirim ke : saanisme
Edo Fernando
Bagi pembaca yang mau mengirim Tulisan jenis apa pun kirim ke : saanisme