Beberapa pekan terakhir dilayar kaca kulihat bencana melanda nusantara, Indonesia tercinta saat
ini menangis.
Ribuan masyarakat
meninggalkan rumah menuju tempat pengungsian. Ribuan pasang mata bahkan mungkin
jutaan hanya bisa menyaksikan,. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, hanya sekedar
ikut berduka ketika menyaksikan dilayar kaca,
Tapi setelah berita usai.
Pasangan mata yang menyaksikan dilayar kaca telah lupa dengan kejadian
tadi. Inilah cermin masyarakat kita saat ini. Masyarakat Indonesia yang katanya
peduli sesama, dan bersifat kekeluargaan. Itu hanya dulu, kini hanya tinggal
sejarah yang selalu kita agung-agungkan.
Tak usah lah,..!! kita
permasalahkan hal itu..!!!
Saudara-saudara kita korban banjir saat ini sedang berduka. Tak baik jika kita hanya berdebat. Mereka memerlukan ulur tangan kita. Tak mungkin hal ini bisa teratasi dengan cepat jika hanya mengandalkan pemerintah. Sebagai masyarakat kita punya peran dan harus ambil bagian dalam hal ini.
Tapi satu pertanyaan yang perlu kita pertanyakan. Mengapa
banjir melanda Indonesia tak beraturan lagi. Apakah alam telah berubah..??
Jawabannya tentu “ya..”
Betul..! Alam tak lagi bersahabat. Seakan-akan mereka marah. Bak serdadu perang yang disulut “api marah”. Sekarang pasukan mereka mengepung Negara tercinta ini. Pasukan mereka siap menggempur kita. Mereka telah siap memporak porandakan dan meluluh lantakkan bumi pertiwi ini. Hanya tinggal menunggu perintah dari “sang komandan”. Jika komando telah di sampaikan oleh “ sang komandan”. Tak ada yang bisa menolak perintah tersebut. Karena ini “meliter” bung.
Semua kita tentu berharap bencana ini tak merambah
kemana-mana. Jika bisa bencana tersebut kita “pukul mundur” hingga menjauh dari
bumi pertiwi ini. Itu tentu sudah keinginan semua masyarakat Indonesia. Baik muda maupun tua, karena tak ada yang
menginginkan bencana ini terjadi. Apalagi menyambut dengan senang hati, itu
mustahil.
Tapi hidup adalah perjuangan kawan..!!
Kita boleh berharap, kita juga poleh punya keinginan dan cita-cita. Tapi jika sekedar berharap tanpa aksi nyata hanya sia-sia. Menghabiskan waktu dan pikiran terbuang begitu saja. Jadi sebagai manusia apa yang telah kita perbuat untuk menghargai alam ciptaan sang khalik. Apakah hanya sekedar berdiam diri, tanpa mau peduli dengan alam. Atau hanya sekedar ikut pritahatin dengan kondisi alam yang tak lagi bersahabat.
Hidup adalah
pilihan kawan.!!
Terserah engkau mau pilih yang mana. Atau membuat pilihan sendiri. Itu adalah hak kita sebagai mahluk mardeka. Tapi setidak-tidaknya aku masih yakin diantara pembaca semua ada orang yang masih peduli dengan alam, dan mau menghargai alam.
Tapi satu hal yang perlu kita ‘’garis bawahi” Indonesia saat ini berduka. Banjir melanda sebagian dari Negara kita. Bukan hanya itu, sinabung belum juga usai. Ribuan hektar lahan pertanian habis diserang debu vulkanik. Gagal panen sudah tentu, akan terjadi. Bukan hanya itu, dampak ini bisa merambat menjadi masalah nasional jika tetap dibiarkan. Harga sembako bisa melonjak tinggi, baik itu karena sinabung atau karena banjir.
Indobnesia aku turut berduka….