Assalamualikum pak Rektor yang saya
hormati. Semoga allah selalu memberikan kesehatan dan nikmat umur kepada bapak
dan keluarga.
Mohon maaf sebelumnya Bapak. Surat ini
sengaja saya tulis untuk Bapak, karena saya merasa risau melihat kondisi
dikampus kita yang tercinta ini.
Pada tahun 2011 silam saya merasa bangga ketika lulus di Universitas ini (UIN Suska). Pengumuman kelulusan saat itu diumumkan disalah satu surat kabar lokal yang ada di Riau.
Pada tahun 2011 silam saya merasa bangga ketika lulus di Universitas ini (UIN Suska). Pengumuman kelulusan saat itu diumumkan disalah satu surat kabar lokal yang ada di Riau.
Pada saat itu, hanya ada tiga orang dari
sekolah asal saya yang diterima diperguruan tinggi negri. Aku merupakan merupakan
salah satu dari mereka. Karena begitu bangganya, setelah membaca Koran
tersebut. Aku langsung menemui Wali kelasku, saat itu beliau sedang mengajar
dikelas.
Karena sangat bangganya, Ku ketok pintu kelas itu.
“Tok tok…tok tok..”
“ Permisi pak”
Pada saat itu aku datang dengan
menggunakan sandal jepit, sambil menenteng Koran tersebut. Guruku segera
keluar, belum sempat beliau berkata apa-apa, aku segera berkata, “ Pak aku lulus
di UIN’’.
“Di UIN bagus tu, UIN agamanya lebih kuat dari perguruan tinggi
swasta. Lagi pula UIN itu dosennya pasti ramah-ramah. Orangnya kan ngerti
agama,’’ ujar beliau.
Tujuanku pergi kesekolah hanya sekedar
menyampaikan kabar tersebut. Pada hal aku bisa telpon /sms beliau. Tapi aku
ingin melihat mimik wajah wali kelasku
di saat aku menyampaikan kabar
tersebut. Hingga saat ini beliau masih sering menanyakan kabar, dan memintaku
berkunjung kerumahnya jika aku pulang kampung.
Begitulah gambaran kecil kebanggaan yang
ku rasakan saat itu. Saat Penanaman Nilai Dasar Keagamaan (PNDK) yang ditaja pihak kampus, selama tiga hari
.Bapak pernah berkata, “ Beruntunglah kalian yang lulus di UIN. Kalian adalah
orang pilihan, kalian adalah orang hebat dan luar biasa,”.
Bulu kudukku berdiri, aku sangat bangga
saat itu. Aku bisa berkumpul dengan ribuan orang dari berbagai latar belakang. Ditambah
lagi motifasi dan retorika bapak yang berapi-api. Seolah olah saat itu aku lah
orang yang paling beruntung.
Waktupun berlalu, aku masih tetap
semangat kuliah. Setelah menghabiskan waktu satu semester. Aku menyadari tak banyak hal yang aku dapat dari kampus ini. Tak ada skill yang ku dapat. Hanya
seonggok teori dan sekopor fotocpy makalah. Hingga saat ini, itu semua
masih kusimpan dengan rapi.
Oh ya pak Rektor yang terhormat,..
Saya mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi.
Ketika menginjak semester dua sebagai mahasiswa komunikasi, aku tak tahu
bagaimana menggunakan Kamera. Pada hal itu hal yang cukup urgent bagi orang komunikasi. Bukan hanya itu, selama kuliah hingga
sekarang aku tak pernah masuk labor computer.
“Katanya rusak pak’’
Aku juga tak pernah megang kamera
kampus.
“ Katanya juga rusak, pak”
Pada hal tiap semester aku bayar uang
praktek sekitar Lima ratus ribu rupiah. Hingga semester lima saat ini yang aku
tahu, prakteknya Cuma sekali , yaitu jalan-jalan kepadang. Itupun tak maksimal.
Kalau di hitung dari masuk kuliah sampai
sekarang, aku telah membayar lebih kurang dua juta lima ratus ribu rupiah.
Mungkin selama ini orangtua ku bangga denganku. Mereka beranggapan tiap
semester aku ada praktek secara
maksimal, tak hanya sekedar teori
belaka. Mereka banting-tulang, kadang kala kalau masih kurang mereka
meminjam uang dengan sanak saudara dikampung.
Terkadang aku pernah berpikir untuk
berhenti kuliah. Namun niat itu masih kuurung hingga saat ini. Aku tak mau
orang tuaku kecewa. Karena aku tahu mereka hanya ingin aku kuliah cepat selesai
dan punya nilai tinggi.
Pak Rektor yang terhormat,..
Bukan hanya itu yang kurasakan, dan membuat
aku jauh lebih risau. Bapak sering menggaung-gaungkan kampus kita, dengan nama
“ Kampus islam madani”. Tapi hingga saat ini kita tak punya mesjid. Hanya
mushola ‘darurat’.
Oke lah, shalat bisa dimana saja yang penting suci dan bersih.
Islamic Centre bisa kita gunakan untuk
shalat berjamaah, untuk sementara waktu. Tapi hal yang lebih menyakitkan lagi.
Sebagai kampus islam dan madani, tak jarang dosen dan mahasiswa sengaja melanggar waktu shalat.
Di saat adzan berkumandang mereka masih
sibuk kuliah dan belajar. Alasannya sederhana pak.!.
“Shalat bisa dijamak nanti,” itu alasan
mereka.
Kadang tak jarang dosen yang mengatakan
hal semacam ini. Aku punya cerita menarik mengenai ini pak, di saat adzan ashar
berkumandang , kami terus belajar dan berdiskusi. Pada hal saat itu yang kami diskusikan
itu tentang keutamaan shalat berjamaah.
Aneh memang, kami hanya berdiskusi
tentang teori. Berapa pahala yang diterima ketika shalat berjamah. Pada hal
saat itu dipandu oleh dosen yang bersangkutan. Namun saat suara adzan
berkumandang tak kami pedulikan. Paling hanya sekedar berhenti, mendengarkan
adzan.
Pak Rektor yang terhormat,..
Satu lagi, akhir-akhir ini bapak selalu
menggaung-gaungkan kampus “Word
university”. Niat baik bapak sangat aku dukung dan hargai. Tapi cobalah lihat
fakultas kami pak..!
Sekali lagi, di labor Komputer fakultas
kami tak ada komputer yang bagus. Selain itu, tak ada kamera yang bisa kami
gunakan. Selama ini kami hanya belajar ‘segudang’ teori, tanpa ada praktek
maksimal. Saya pikir sulit bagi kita untuk mencapai hal itu. Kami hanya
berkutak dengan teori tapi kurang skill .
Bukan hanya itu, fasilitas kita masih kurang pak..!
Sebetulnya banyak hal yang ingin saya
sampaikan, jika bisa bertemu bapak.
Selama ini kita banyak mengeluarkan
sarjana-sarjana muda. Banyak diantara mereka yang diterima di perusahaan
nasional bahkan internasional.
Tapi apakah pihak Universitas tahu, ada
berapa banyak UIN mencetak sarjana muda yang menjadi penganguran terdidik. Saya
tahu, mungkin ini kegagalan dari kami pihak mahasiswa. Tapi saya ingin tekan
kan, Kualitas jauh lebih berharga dari kuantitas.
Demikianlah surat ini saya tulis,
mudah-mudahan kerisauan ini bisa bapak pahami. Tak ada yang membuat hati ini
bahagia, kecuali UIN selalu maju dan berkembang kearah yang baik.
Wassalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh..
Hormat saya
saan
bg, kenapa harus ganti kata saya dengan aku? keliatannya menggebu-gebu nulisnya. jd terkesan terburu-buru.
BalasHapusMakasih atas masukkanya. Iya aku nulisnya terburu2 tanpa editan...
BalasHapus