Minggu, 27 Oktober 2013

POLITIK INDONESIA “HARI INI”



 Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu kada) menuju Riau1 putaran kedua. Calon Gubernur (Cagub) dan Wakil gubernur (Wagub) berlomba-lomba melakukan kampanye. Tapi ada satu tradisi yang tak bisa di tinggalkan dalam pesta demokrasi ini.  Tradisi ini dalam bentuk baliho dan sepanduk yang memuat foto-foto narsis  cagub dan wagub tersebu, di pasang di pingir jalan......”


 Hampir di setiap ruas jalan yang ada  kabupaten dan kota di provinsi ini. Terpampang foto –foto narsis calon cubernur dan wakil gubernur untuk menuJu Riau 1.  Dengan Senyum “nakal”  penuh arti. Foto-foto tersebut menyapa setiap pengguna yang melintas di jalan itu. Sepintas foto-foto calon gubernur ini bagaikan artis jalanan. Yang menjamur menjelang pemilukada.  Dengan “secuil” selogan  mereka obral janji kepada masyarakat dinegri ini.  Mungkin ini sudah tradisi politikus terdahulu..! Yang terus diwarisi dari generasi kegenerasi politiknya .

Entah sampai kapanlah tabiat-tabiat politik semacam ini berakhir...?.
Miliyaran rupiah habis terkuras untuk hal seremeh temeh ini. Pada hal, disetiap pelosok negri ini masyarakat antrian. Hanya untuk mengambil BLSM. Berapa banyak anak anak yang tinggal di pelosok negri ini tak mengenyam pendidikan. Ada jutaan masyarakat miskin tak memiliki rumah layak huni. Ini menandakan angka kemiskinan di riau masih tinggi. Menurut data dari badan pusat statistik jumlah penduduk miskin di Riau  pada maret 2013 ada sekitar 469,28 ribu jiwa (7,72 persen dari jumlah penduduk yang terdaftar ).
Apakah politikus – politikus tersebut tak “berpikir”..?. Jika seandainya Duit –duit untuk biaya spanduk dan sejenisnya itu mereka sumbangkan. Untuk kepentingan dan kemaslahatan umat .
 Itu jauh lebih produktif dan bermanfaat. Tapi tak ada nampaknya politikus yang perfikir seperti ini. Alasan nya apa..? Bisa kita tebak. Katanya,dia ingin mensosialisasikan diri sebagai cagub dan wagub di negri ini.  Mungkin jawaban  senada akan kita temukan . Bila kita tanya mereka satu persatu. Jika mereka tidak melakukan hal seperti ini mereka takut tak dikenal masyarakat.
Mungkin politikus di negri ini  masih berpegang  pada pepatah lama. “ Tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka dapat suara ,”.
Kalau pola pikir mereka seperti ini. Mereka tak layak di jadikan contoh pemimpin yang baik. Karna yang mereka pikirkan diri sendiri dan kepentingan kelompok. Belum lagi duduk jadi pejabat, pikirannya sudah tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik. Mungkin inilah yang di maksud sifat “Individualis modren terdidik”.
Seharusnya, seorang pemimpin yang baik. Berpikir untuk kemaslahatan umat. Jauh dari berpikir licik apalagi untuk kepentingan  diri sendiri. Mungkin , memang betul. Jika mereka tak membuat sepanduk mereka tak, di kenal , dengan baik . Ada banyak cara untuk dikenal oleh masyarakat luas. Entah itu, belesukan ala jokowi. Atau  hal lain yang lebih kreatif.  Seharusnya seorang pemimpin itu. Orang nya dituntut untuk lebih kreatif dan cerdas.
Kreatif dalam mensosialisasikan diri. Dan cerdas dalam mengunakan anggaran kampanye. Sehingga dana untuk kampanye bisa di tekan. Namun bukan berarti  mereka tidak boleh membuat sepanduk ,baliho dan sejenisnya. Tentu boleh...! . Dan itu hak mereka..!! .  Ada baiknya sepanduk –sepanduk dan sejenisnya itu di buat dalam kapasitas yang wajar.  Namun nyatanya apa. Sepanduk –sepanduk tersebut di buat dalam jumlah yang “bejibun”. Selain itu , sepanduk sepanduk tersebut di pasang sesuka hati.
Tak jarang kita melihat malah mengganggu keindahan kota . Setelah selesai kampanye . Sepanduk yang di buat dengan anggaran milyaran rupiah tersebut. Tak  lagi ada artinya, tak lebih dari seonggok sampah kotor . Yang merugikan masyarakat . Bahkan , bisa berdampak negatif. Jika sudah lapuk di makan usia, apabila sepanduknya tidak di tertibkan oleh pihak yang berwenang.
Maka dapat di pastikan sepanduknya akan berterbangan kemana mana di terpa angin. Ada yang pergi ke Got, selokan, paret dan sebagainya. Nah, Nanti waktu musim penghujan. Sampah sampah sisa spanduk yang hari ini masih berdiri kokoh.  Tak tertutup kemungkinan akan menyumbat selokan , got dan sebagainya.
Akibat nya apa...?
Timbul banjir , penyakit menular. Yang di rugikan kita masyarakat kecil. Malah hal yang lebih menyedihkan moment  semacam ini di manfaatkan lagi.  Oleh politikus politikus busuk untuk pencitraan mereka. Makanya, hari ini yang kita butuhkan pemimpin yang berpikir kedepan untuk kesejahtraan masyarakat.
Tapi tak banyak pemimpin yang kreatif ,cerdas dan  tercerahkan yang mampu berpikir seperti ini. Yang ada hanya pemimpin “cerdas” yang tak tercerahkan . Mereka Cerdas untuk mencari dana kempanye sebanyak banyak nya.  Sehingga apa yang terjadi. Rata-rata dana kempanye membengkak di setiap pemilu.
Ada banyak  aliran dana yang di pertanyakan. Sehingga besar kemungkinan. Masuklah “saham” sponsor seperti perusahaan ini dan perusahaan itu.  Ada banyak transaksi dan jual beli politik disana . Akibatnya apa..?  jika sudah naik jadi gubernur dan wagub.   Mereka , para politikus tesebut “berhutang” budi pada perusahaan / sponsor tersebut. Sebagai “politikus yang baik”. Yang namanya “hutang” harus di bayar. 
Akibatnya apa..?.
Tak jarang sponsor- sponsor yang dulu telah memberi bantuan dana. Mereka minta fasilitas ,bukan hanya satu macam. Tapi, mereka sudah minta fasilitas yang macam –macam.
Belum lagi tuntutan dari kendaraan politiknya.  Partai politikYang dulu telah mengusung mereka sekarang pun minta jatah.
 Akibatnya apa..?.
 Lagi-lagi, Hak masyarakat diabaikan. Jika mereka naik jadi gubernur dan wagub.  Mereka tak ubah  bagaikan sebuah boneka. Yang mudah di permain oleh si pemiliknya. Pemiliknya tentu, mereka mereka yang telah menanamkan saham saham politiknya .
 Sehingga sudah semakin jelas .   Suara masyarakat kecil yang  yang dulunya mereka agung agungkan, Pada saat kempanye. Kini tak lagi berarti . Dan tak layak untuk di dengar.  Karena, mereka dulu telah dapat nasi bungkus dan duit  lima puluh ribu. Itulah hak yang pantas diterima untuk mereka yang sudah menggadaikan hak politiknya.
 Namun, bagaimana dengan kami masyarakat lugu. masyarakat yang tak paham politik. Kami memilih pemimpin kami karena hati nurani kami .  Mereka telah bersumpah atas nama tuhan di depan kami. Mereka berjanji  akan memperjuangkan hak kami yang tertindas selama ini. Namun, itu hanya sebuah retorika yang mengalir dari lidah-lidah mereka.
 Janji-janjinya, bagaikan sebuah air terjun yang dapat membuat ribuan pasangan mata yang melihat takjub.   Dan  ribuan pasangan telinga yang mendengar percikan  gemuruhnya kagum.  Tapi itu hanya , sebuah janji , Tanpa realisasi dan aksi nyata. Sekarang, kami sebagai  masyarakat kecil sudah tahu akan hal itu. Mungkin,  Selama ini malaikat malaikat yang ada di langit sana geram . Dengan ulah dan tingkah mereka yang suka mengobral janji.
 Sebagai masyarakat kecil tak banyak yang dapat  kami perbuat. Hanya bisa memanjatkan do’a kepada sang khalik . “ OH.. Tuhan lahirkanlah dari negri kami pemimpin pemimpin yang sayang  dan cinta kepada kami , Dan takut kepada mu,” . Amiin..


peulis
Saan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar