Minggu, 27 Oktober 2013

Aku “Di tolak” sang nenek




Tendangan bola itu meleset jauh dari gawang. Kelihatannya , ketiga  bocah tersebut  bermain secara asal-asalan, sesekali terdengar tawa dan Guyonan.  Mereka bermain dengan ceria layaknya anak  seusia mereka yang berumur belasan tahun. Meskipun lokasi itu bukanlah lapangan bola kaki. 

Mereka terpaksa  menjadikan tempat itu sebagai tempat bermain bola,  untuk mengisi hari-hari kosong  yang mereka lalui. Karena jika mereka ingin bermain di lapangan bola kaki betulan , jaraknya cukup jauh dari panti tempat  mereka tinggal.  

Ilham , merupakan salah satu nama anak panti yang sedang bermain bola pada saat itu.  Bocah kurus kelahiran Aceh Selatan 04 november 2002 silam. Dia telah di tinggal mati oleh kedua orang tuanya pada pada saat masih  bayi. Mulai saat itulah, dia tinggal di panti asuhan. Bocah sebelas tahun ini memang tidak memiliki prestasi secara akademis. Namun, dia mempunyai hobi bermain bola kaki. Hampir setiap hari dia dan kawan-kawannya bermain bola di tempat ini. Meskipun  tempat ini bukanlah lapangan bola kaki betulan.  


Untuk mengakses lapangan Bola kaki betulan tersebut mereka harus berjalan kaki cukup jauh. Karena mereka tidak mempunyai sepeda motor dan alat transportasi lainnya. Letak panti nya pun cukup jauh dari Jalan lintas Pekanbaru bangkinang , jadi karena letaknya yang agak kedalam tentu tidak ada angkot yang mau masuk ke tempat itu. Dengan bertelanjang kaki , ketiga bocah tersebut bermain bola di bawah terik matahari pagi itu.  Sedangkan gawang mereka buat dari kayu-kayu kecil yang ada di sekitar perkarangan panti itu , lalu mereka tancapkan ketanah. 


Namun, siapa yang menyangka bahwa mereka adalah korban  tsunami dan gempa  Aceh, 26 desember tahun 2004 silam.Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5  Skala Richer (SR)  berpusat di Samudra India di kedalaman 20 Kilo Meter ( KM) di laut berjarak sekitar 149 KM selatan kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam.
Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia salah satunya provinsi Nangro Aceh Darussalam.  Peristiwa ini , masih menyisakan rasa duka bagi Ilham , salah seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan Arrohim Rimbo Panjang, kabupaten kampar. 


Menurut Ilham, bocah kurus yang yang berusia sebelas tahun itu. Menuturkan pada saat Tsunami dan gempa di aceh dulu , ibunya yang bernama Ida dan ayahnya yang bernama  Maden sedang  menggarap sawah. Sedangkan dia pada saat itu masih bayi berumur lebih kurang 2 tahun. Pada saat itu , seperti hari biasanya , Ilham bocah kelahiran Aceh selatan tahun 2002  ini di titipkan kedua orang tuanya di rumah kakeknya untuk sementara waktu. Akan di jemput pada sore hari setelah pulang dari sawah.  


Ketika Tsunami dan Gempa terjadi , Ilham sedang tertidur pulas dalam ayunan di rumah sang kakek .  Entah bagaimana caranya, Ilham bisa selamat dari bencana  besar yang terjadi di 13 negara tersebut. Sedikitnya korban di indonesia sekitar 105.262 orang sedangkan total luka luka sebanyak lebih kurang sebanyak 124.057 jiwa. Di perkirakan 100.000 korban berasal dari Provinsi Aceh  (Menurut depertmen Sosial RI, 11/1/2005 ).  Dia baru di temukan setelah gempa itu terjadi beberapa     saat.


Mulai saat itu lah  Ilham  menjadi yatim piatu dan di asuh oleh  kakeknya di tempat  pengungsian  . Sedangkan kedua orang tuanya meninggal dunia pada peristiwa itu. Namun mayatnya tidak ditemukan oleh relawan dan masyarakat. Ilham tidak bisa mengingat seperti apa peristiwa itu terjadi  dan seperti apa wajah kedua orang tuanya yang telah melahirkan dia. 


Tak ada satupun foto kedua orang tuanya yang bisa dia temukan. Sebab, rumah- rumah  penduduk yang ada di kampung kelahirannya hancur dan rata dengan tanah. Begitu juga dengan rumah Ilham dan kakaeknya.  “ Cerita ini aku dapat dari kakek, aku masih kecil bang. Tapi yang jelas aku sangat sedih ,  ” katanya dengan suara berat sambil menundukkan kepala, menahan rasa sedihnya .


Sambil mengingat cerita sang kakek sesekali tangan nya yang kecil mencoba mengusap air mata yang jatuh ke pipinya ,untuk menahan rasa sedih.  Namun bocah yang bercita –cita ingin  jadi  polisi ini tetap berusaha untuk tegar.  Dua tahun silam, tepatnya tahun 2011. Ilham yang sebelumnya di asuh disalah satu panti di aceh. Dia terpaksa harus meninggalkan kampung halaman nya. Karena alasan tertentu , dia di pindahkan ke riau tepatnya di panti Arrohim ini. 


Ketika kru Gagasan memberikan pertanyaan terkadang  dia lebih memilih diam dan tidak mau menjawab hanya menggelengkan kepala, sebagai tanda menolak atas  pertanyaan tersebut.
Dia tampak sedih dan minder karena semenjak umur 2 tahun dia tidak  lagi punya orang tua. Pada hal  pada saat sekarang Ilham memerlukan perhatian kedua orang tua .Dia minder karna rata-rata kawan sekolahnya masih mempunyai orang tua.  Kadang  dia  iri kepada kawan-kawannya. Apalagi ketika melihat kawan-kawannya pergi kesekolah diantar oleh orang tua mereka.


 Sedangkan  dia hanya berjalan kaki , namun sesekali dia dan kawan-kawan panti lainnnya diantar oleh pengurus panti  dengan mobil pick up. Itupun, jika pengurus panti tidak sibuk atau tidak sedang berada di luar kota. Jika pengurus panti sedang sibuk dan berada di luar kota Ilham dan kawa-kawan panti lainnya haarus berjalan kaki.


 Karena mobil tersebut di bawa oleh pengurus panti itu. Untuk sampai kesekolaah Ilham harus menempuh jarak Kiloan Meter di bawah terik sinar matahari. Karena Ilham saat sekarang  masuk sekolah pada siang hari sekitar jam 1 : 30 . Mungkin itulah sebabnya ilham sering telat kesekolah. 


 Menurut Dani, salah satu kawan yang tinggal sepanti dengan  Ilham mengatakan bahwa Ilham anaknya pendiam, terkadang dia tidak mau bebaur dengan kawan-kawan sepantinya. Biasanya kalau ada gotong royong ,piket Ilham sering tidak ikut.

Dani , bocah kelas 6 Sekolah Dasar ini bercerita panjang lebar tentang ilham. “Mungkin si Ilham  agak tertekan  bang, karna dia kadang-kadang tidak mau gabung  dengan kami kawan-kawan pantinya  Tapi kalau di panti dia tidak  Nakal, hanya sedikit pendiam. Kalau bertemu orang yang baru dia kenal dia lebih memilih diam ,dan sulit untuk diajak bicara.

 Ketika di temui ,Rajuddin Hasibuan  (51) kepala sekolah SD 028 Rimbo Panjang, tempat Ilham bersekolah saat ini.menuturkan, Ilham kalau di sekolah tidak terlihat minder. Dia memang sedikit nakal lah di bandingkan kawan-kawan Ilham yang lain nya. Tapi anaknya sedikit pendiam. Pernah pada suatu ketika , dia di pukul oleh kawan – kawan sekolahnya. Namun  pada saat itu dia hanya diam saja.


  Tak  ada yang menyangka, beberapa minggu kemudian dia baru membalas pukulan teman nya tersebut. Padahal Guru dan kawan nya sudah hampir lupa kejadian itu. Ketika pihak sekolah menanyakan “ Kenapa dia memukul kawan nya ?.” . Dia hanya menjawab, “ Beberapa minggu yang lalu aku di ganggu dia pak ,‘’ ujar kepala sekolahnya sambil meniru ucapan Ilham.  Sifat Ilham memang sulit untuk di tebak. Apalagi bagi orang yang baru mengenalnya.


 Pria yang biasa di banggil Hasibuan ini juga membenarkan bahwa Ilham memang sering telat datang. Ketika kami cek kadang –kadang dia bermain dan duduk di pinggir jalan. Tapi dia jarang Alpa.   
“Kami bisa memaklumi Ilham , dan kami tahu seperti apa keadaannya.  Dari pihak sekolah kami selalu memberikan kemudahan. Kalau ada bantuan selalu kami memprioritaskan untuk anak panti seperti Ilham , ” Ujar Hasibuan. Dia juga menambahkan bahwa anak panti yang bersekolah di sini bukan hanya Ilham, ada sekitar 30 0rang. “Dari pihak sekolah kami selalu memberikan motivasi dan nasehat ,‘’ ujar hasibuan menutup pembicaraan nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar