Kamis, 19 Desember 2013

SURAT UNTUK REKTOR




Assalamualikum pak Rektor yang saya hormati. Semoga allah selalu memberikan kesehatan dan nikmat umur kepada bapak dan keluarga.

Mohon maaf sebelumnya Bapak. Surat ini sengaja saya tulis untuk Bapak, karena saya merasa risau melihat kondisi dikampus kita yang tercinta ini.  



Pada tahun 2011 silam saya merasa bangga ketika lulus di Universitas ini (UIN Suska).  Pengumuman kelulusan saat itu diumumkan disalah satu surat kabar lokal yang ada di Riau.

Pada saat itu, hanya ada tiga orang dari sekolah asal saya yang diterima diperguruan tinggi negri. Aku merupakan merupakan salah satu dari mereka. Karena begitu bangganya, setelah membaca Koran tersebut. Aku langsung menemui Wali kelasku, saat itu beliau sedang mengajar dikelas.

Karena sangat  bangganya, Ku ketok pintu kelas itu.

“Tok tok…tok tok..”

“ Permisi pak”

Pada saat itu aku datang dengan menggunakan sandal jepit, sambil menenteng Koran tersebut. Guruku segera keluar, belum sempat beliau berkata apa-apa, aku segera berkata, “ Pak aku lulus di UIN’’.

“Di UIN bagus tu, UIN  agamanya lebih kuat dari perguruan tinggi swasta. Lagi pula UIN itu dosennya pasti ramah-ramah. Orangnya kan ngerti agama,’’ ujar beliau.

Tujuanku pergi kesekolah hanya sekedar menyampaikan kabar tersebut. Pada hal aku bisa telpon /sms beliau. Tapi aku ingin melihat mimik wajah wali kelasku  di saat aku menyampaikan  kabar tersebut. Hingga saat ini beliau masih sering menanyakan kabar, dan memintaku berkunjung kerumahnya jika aku pulang kampung. 

Begitulah gambaran kecil kebanggaan yang ku rasakan saat itu. Saat Penanaman Nilai Dasar Keagamaan (PNDK) yang ditaja pihak kampus, selama tiga hari .Bapak pernah berkata, “ Beruntunglah kalian yang lulus di UIN. Kalian adalah orang pilihan, kalian adalah orang hebat dan luar biasa,”.

Bulu kudukku berdiri, aku sangat bangga saat itu. Aku bisa berkumpul dengan ribuan orang dari berbagai latar belakang. Ditambah lagi motifasi dan retorika bapak yang berapi-api. Seolah olah saat itu aku lah orang yang paling beruntung. 

Waktupun berlalu, aku masih tetap semangat kuliah. Setelah menghabiskan waktu satu semester. Aku menyadari tak  banyak hal yang aku dapat dari kampus ini. Tak ada skill yang ku dapat. Hanya seonggok teori  dan sekopor  fotocpy makalah. Hingga saat ini, itu semua masih kusimpan dengan rapi.

Oh ya pak Rektor yang terhormat,..

Saya mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi. Ketika menginjak semester dua sebagai mahasiswa komunikasi, aku tak tahu bagaimana menggunakan Kamera. Pada hal itu hal yang cukup urgent bagi orang komunikasi. Bukan hanya itu, selama kuliah hingga sekarang aku tak pernah masuk labor computer. 

“Katanya rusak pak’’

Aku juga tak pernah megang kamera kampus.

“ Katanya juga rusak, pak”

Pada hal tiap semester aku bayar uang praktek sekitar Lima ratus ribu rupiah. Hingga semester lima saat ini yang aku tahu, prakteknya Cuma sekali , yaitu jalan-jalan kepadang. Itupun tak maksimal.
Kalau di hitung dari masuk kuliah sampai sekarang, aku telah membayar lebih kurang dua juta lima ratus ribu rupiah. Mungkin selama ini orangtua ku bangga denganku. Mereka beranggapan tiap semester aku  ada praktek secara maksimal, tak hanya sekedar teori  belaka. Mereka banting-tulang, kadang kala kalau masih kurang mereka meminjam uang dengan sanak saudara dikampung.

Terkadang aku pernah berpikir untuk berhenti kuliah. Namun niat itu masih kuurung hingga saat ini. Aku tak mau orang tuaku kecewa. Karena aku tahu mereka hanya ingin aku kuliah cepat selesai dan punya nilai tinggi.

Pak Rektor yang terhormat,..

Bukan hanya itu yang kurasakan, dan membuat aku jauh lebih risau. Bapak sering menggaung-gaungkan kampus kita, dengan nama “ Kampus islam madani”. Tapi hingga saat ini kita tak punya mesjid. Hanya mushola ‘darurat’.


Oke lah, shalat bisa  dimana saja yang penting suci dan bersih. Islamic Centre bisa  kita gunakan untuk shalat berjamaah, untuk sementara waktu. Tapi hal yang lebih menyakitkan lagi. Sebagai kampus islam dan madani, tak jarang dosen dan mahasiswa  sengaja melanggar waktu shalat.
Di saat adzan berkumandang mereka masih sibuk kuliah dan belajar. Alasannya sederhana pak.!.
“Shalat bisa dijamak nanti,” itu alasan mereka.

Kadang tak jarang dosen yang mengatakan hal semacam ini. Aku punya cerita menarik mengenai ini pak, di saat adzan ashar berkumandang , kami terus belajar dan berdiskusi. Pada hal saat itu yang kami diskusikan itu tentang  keutamaan shalat berjamaah.
Aneh memang, kami hanya berdiskusi tentang teori. Berapa pahala yang diterima ketika shalat berjamah. Pada hal saat itu dipandu oleh dosen yang bersangkutan. Namun saat suara adzan berkumandang tak kami pedulikan. Paling hanya sekedar berhenti, mendengarkan adzan.
Pak Rektor yang terhormat,..
Satu lagi, akhir-akhir ini bapak selalu menggaung-gaungkan kampus  “Word university”. Niat baik bapak sangat aku dukung dan hargai. Tapi cobalah lihat fakultas kami pak..!
Sekali lagi, di labor Komputer fakultas kami tak ada komputer yang bagus. Selain itu, tak ada kamera yang bisa kami gunakan. Selama ini kami hanya belajar ‘segudang’ teori, tanpa ada praktek maksimal. Saya pikir sulit bagi kita untuk mencapai hal itu. Kami hanya berkutak dengan teori tapi kurang skill . Bukan hanya itu, fasilitas kita masih kurang pak..!
Sebetulnya banyak hal yang ingin saya sampaikan, jika bisa bertemu bapak.
Selama ini kita banyak mengeluarkan sarjana-sarjana muda. Banyak diantara mereka yang diterima di perusahaan nasional bahkan internasional.
Tapi apakah pihak Universitas tahu, ada berapa banyak UIN mencetak sarjana muda yang menjadi penganguran terdidik. Saya tahu, mungkin ini kegagalan dari kami pihak mahasiswa. Tapi saya ingin tekan kan, Kualitas jauh lebih berharga dari kuantitas.
Demikianlah surat ini saya tulis, mudah-mudahan kerisauan ini bisa bapak pahami. Tak ada yang membuat hati ini bahagia, kecuali UIN selalu maju dan berkembang kearah yang baik.
Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh..

Hormat saya
saan


2 komentar:

  1. bg, kenapa harus ganti kata saya dengan aku? keliatannya menggebu-gebu nulisnya. jd terkesan terburu-buru.

    BalasHapus
  2. Makasih atas masukkanya. Iya aku nulisnya terburu2 tanpa editan...

    BalasHapus