Kamis, 19 Desember 2013

BUKAN SOK NASIONALISME






Aku tak tahu harus mulai dari mana tulisan ini. Kadang aku pernah berpikir jika masalah bangsa ini bisa ditebus dengan nyawa, aku rela serahkan nyawa ini, atau aku rela gadaikan nyawa yang kumiliki. Bukan sok nasionalisme kawan.


Aku memang tahu, dari penampilan saja aku kurang rapi, belum lagi badan ku yang kurus seperti orang kurang gizi. Mungkin setiap kali orang bertemu denganku. Mereka berpikir aku merupakan beban bagi negara tercinta ini.

Mungkin hanya sebagian orang yang tahu kenapa aku seperti ini. Sebenarnya aku bisa perpenampilan rapi seperti kebanyakan orang, bahkan lebih kalau aku mau. Aku bisa berbadan tegap, tak lagi seperti orang kurang gizi.

Tapi aku tak tega melihat masyarakat miskin yang tak punya rumah, masyarat miskin yang kurang gizi, anak anak yang terlantar sekolah. Mereka berkeliaran dinegri ini. Kadang mereka tak lagi kenal malam, tak ada lagi ada rasa jijik apalagi gengsi yang mereka pikirkan,Tapi yang mereka pikirkan bagaimana bisa makan untuk saat ini. 

Mereka tidak lagi berpikir bagaimana hari tuanya, bagaimana masa depan anak-anaknya. Jika saat ini aku berpenampilan rapi berbadan tegap seperti kebanyakan orang. Itu tak mungkin aku lakukan, karena aku tak ingin disaat penduduk negri ini kelaparan ,kurang gizi. Aku malah sebaliknya. 

Memang saat ini aku tahu aku bukan siapa-siapa. Aku memang tak seperti hakim dan jaksa yang bisa memutuskan perkara di pengadilan. Tidak juga seperti Politikus yang pandai berdiplomat, dan tidak juga seperti DPR yang bisa mengesahkan undang-undang.

Mungkin tak semua orang tahu berbuat untuk negara tak harus jadi president, tak harus jadi DPR dan tak harus punya posisi legal dan strategis di negri ini. Yang penting kita harus berbuat. Berbuat apa yang kita bisa, yang bermanfaat bagi bangsa ini.

Tulisan ini kutulis karena aku melihat bangsa ini penuh dengan kebohongan, dengan penindasan, serta kezoliman. Sekelompok orang yang mengatas namakan negara ( pejabat eksekutif/ yudikatif). Mereka “memperkosa” hak rakyat atas nama bangsa. 

Aku pernah melihat, seorang bapak paruh baya berjualan dipinggir jalan sebuah kota.  Tiba-tiba bapak tersebut bergegas membungkus barang dagangannya. Aku sempat heran pada hal di saat itu ada banyak pembeli.

Bapak tua itu,dengan terburu-buru menyembunyikan dagangannya ditempat yang aman. Di saat yang sama sekelompok ibu diamankan oleh aparat keamanan. Karena mereka telat merapikan barang dagangannya.

Setelah situasi aman, bapak tersebut kembali berjualan. Aku segera mendekat. Bapak tersebut hanya tersenyum dan cengingisan. 

“Maklum lah, kita orang kecil. Pada hal kita mau bedagang. Untuk cari makan anak dan istri di rumah,” ujar bapak tersebut.

Terkadang aku pernah berpikir. 

Apakah ini yang namanya merdeka?.

 Apakah ini bangsa indonesia yang katanya negara hukum?  

Apakah ini yang namanya keadilan?

 Sekelompok orang yang mengatasnamakan Negara Indonesia melakukan pelanggaran hukum secara terang-terangan, mereka dengan mudahnya merampas gerobak pedagang. Hanya atas nama aparat keamanan.

Hari ini aku melihat situasi yang kacau dinegri ini. Belum lagi politikus yang sering mengumbar janji. Mereka mengatas namakan masyarakat untuk menghabiskan anggaran. Padahal apakah mereka pernah tahu, berapa orang masyarakat indonesia hari ini yang kelaparan, kurang gizi.Jika mereka tak tahu, apakah ini yang namanya Wakil Rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar