Senin, 03 Maret 2014

Percayakah masyakat..?





Hidup itu persis seperti ban yang terus berputar. Kadang berada diatas sesekali berada di bawah. Ketika berada dibawah himpitan dan gesekan dari aspal sudah pasti dirasakan. 

Makanya, boleh jadi hari ini kita dipuji oleh orang yang sama. Namun, esok hari kita dicaci oleh orang yang sama.

 Pada hal yang kita lakukan tak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Hari ini bisa jadi semua orang memuji. Mereka kagum dan bangga dengan prestasi dan pribadi yang kita miliki. Tapi diwaktu yang berbeda kita akan dihujat habis-habisan.

Memang itulah hidup. Kata orang bijak hidup itu cobaan. Ujian dan tantangan akan datang silih berganti. Tergantung bagaimana kita menyikapi hal itu.

Mungkin inilah yang tengah dirasakan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta. 

Awalnya  ketika terjun didunia politik semua orang kagum. Semua orang memuji, banyak pihak yang bersedia menjadi sukarelawan Jokowi.

Media massa memberitakan. Koran-kortan memuat tv juga tak ketinggalan memberitakan tentang figur seorang jokowi. Saat itu, jokowi menjadi topik perbincangan hangat di media massa.

 Tak hanya berhenti disitu, masyarakat pun turut simpati bahkan ada yang empati. Ketika mendengar sosok Jokowi yang sederhana dan merakyat. Memang hal unik dari seorang jokowi adalah merakyat dan belesukannya.

Mungkin kalau dilihat, pengalaman politiknya. Jokowi tak ada pengalaman lebih. Sewaktu jadi mahasiswa, ia juga tak tercatat dalam organisasi pergerakan kampus. Entah itu, eksternal maupun internal kampus. Tapi itulah Jokowi, ia tampil dikancah politik dengan cara yang berbeda.

Ketika turun kelapangan menemui masyarakat ia tak butuh pengawal yang banyak, ia juga tak butuh disambut dengan acara serimonial yang Waw. Makanya, tak heran ketika ia turun kemasyarakat. Entah itu kepasar, terminal atau pemukiman warga.

Masyarakat berebut untuk bersalaman, entah itu tua, muda dan anak-anak. Ia juga tak sungkan singgah kewarung-warung, dan pasar tradisional. Tak ada rasa canggung ketika berada di kerumunan masyarakat.

Mungkin seperti itulah gambaran masyarakat indonesia tentang jokowi yang dibentuk oleh media massa. Masyarakat indonesia  lebih kenal jokowi, dari pada mentri keuangan, atau mentri SBY lainnya.

Sehingga jokowi sering disbut-sebut sebagai calon presiden RI pada pemilu april depan. Menurut hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) jokowi jauh lebih unggul dari pada politikus senior seperti, ARB, Prabowo, Megawati, Mahfud dan sebagainya.


Namun, tadi siang (3/3) saya menonton berita di TV. Warga DKI Jakarta yang tergabung dalam koalisi Front Rakyat AntiKorupsi (Fraksi) mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk proaktif mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta.

Kordinator Fraksi, Fajar Ardy Hidayatullah menegaskan, agar KPK menelusuri pengadaan bus TransJakarta, Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB), serta bus tingkat wisata yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Mereka juga mendesak KPK untuk memanggil dan meminta pertanggungjawaban Jokowi atas pengadaan bus karatan tersebut. Nama jokowi dalam orasi tersebut disebut berulang kali oleh orator.


 Saya yakin, Jokowi adalah orang. Dia juga manusia biasa. Hal lebih penting tentunya, ia juga tak luput dari khilaf dan salah.

Tapi saya yakin jokowi tidak akan seperti politikus kebanyakan yang serakah dan rakus akan materi. Buktinya, ia mau turun kemasyarakat dan berbagi dengan masyarakat. Tak jarang ia makan diwarung bersama masyarakat.

Ini ,menandakan bahwa jokowi bukan tipe orang yang serakah dan materialis.Ia adalah tipe pemimpin yang sederhana. Yang disukai banyak masyarakat indonesia.

Saya juga berharap kasus ini dapat tuntas dengan cepat,dan tak menyerat nama Jokowi. Saya katakan seperti ini bukan berati saya pendukung jokowi. Saya sampaikan seperti ini karena saya tak mau masyarakat terluka.

Jika seandainya Jokowi terbukti secara hukum dan meyakinkan  bersalah.Dan pengadilan bisa membuat masyarakat yakin bahwa ia bersalah. Maka, saya yakin. Masyarakat akan" patah hati". Kedepannya masyarakat menilai bahwa politik itu kotor, licik, penuh dengan sandiwara dan pembohongan.