Rabu, 08 Januari 2014

Gempika



Mahasiswa sering di sebut sebagai agent of change. Namun dalam kehidupan demokrasi dikampus mahasiswa sering ditumpangi oleh banyak pihak, baik itu politik praktis, kepentingan organisasi eksternal kampus, kepentingan kelompok dan golongan. Sehingga dalam realitanya gelar agent of change masih diragukan untuk mahasiswa saat ini. Contohnya,Pelaksanaan kongres UIN Suska Riau tahun 2013 silam, berlangsung tiga kali dalam waktu yang berbeda. Dipandu oleh tiga pimpinan sidang yang berbeda untuk satu kesepakatan.Sehingga sempat terjadi hujan intrupsi yang kurang etis, bahkan adu fisik pun tak terelakkan, baik itu sesama mahasiswa dan pihak keamanan. Seharusnya, hal seperti ini tak harus terjadi pada masyrakat kampus yang akademis. 

   Bukan hanya itu sepanjang tahun 2013 silam, banyak ‘aksi’ yang di lakukan oleh mahasiswa UIN Suska Riau. Mulai dari Gejolak di Fakultas Ushuluddin, mahasiswa Fakultas Ussuluddin menilai pemilihan ketua jurusan Tafsir Hadist (TH) ada indikasi kecurang oleh senat di fakultas tersebut. Setelah melakukan ‘aksi’ beberapa kali, akhirnya diadakan audiensi antara mahasiswa dan senat. Setelah audiensi dilakukan akhirnya ditemukan indikasi kecurangan tersebut.

   ‘Aksi’ Gempika (Gerakan Mahasiswa Peduli UIN Suska) menolak datangnya beberapa tokoh politik nasional yang datang ke UIN Suska. Mereka menilai  acara tersebut serat dengan politik praktis. Selain itu, Gempika mengaku menemukan bukti adanya politik praktis. Dalam ‘aksi’ tersebut juga terjadi bentrok anatara Gempika dengan pihak keamanan. Baru-baru ini juga ada ‘aksi’ pengumpulan koin oleh Mahasiswa jurusan Kimia. Puncaknya, mereka melakukan ‘aksi’ kerektorat, dan memblokir beberapa ruas jalan yang ada di di kampus UIN Suska. ( saan)