Minggu, 27 Oktober 2013

Hari ini, ” Hari sakti “


                       
Tak terasa dari tahun 2008 silam, lima tahun sudah  Pemilihan gubernur (Pilgub) kita lakukan. Beberapa bulan terakhir, suasana panasnya politik sudah mulai  terasa.   


Kalau kita telusuri, mulai dari pencalonan bakal calon (Balon)  gubernur dan wakil gubernur (Wagub) , hingga menjadi calon gubernur dan wagub.  pendaftaraan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) , pengambilan nomor urut dan masa kampanye. 

Tak jarang elit-elit politik mempertontonkan “politik panasnya”, mereka tak lagi segan satu sama lain.  Sebagai masyarakat kita pun  larut dalam suasana seperti ini.


Meskipun, beberapa hari terakhir menjelang pesta demokrasi menuju riau 1 .  Sudah ditetapkan sebagai  masa tenang. Hangatnya suasana politik memang tak dapat kita elakkan. Media- media lokal  memuat , Tv-tv memberitakan. Seolah-olah inilah berita hangat saat ini  yang ada di Riau, namun sayang untuk di lewatkan.

Entah berapa lama lagi suasana hangat semacam ini kembali normal. Mungkin, tak cukup waktu sehari dua hari untuk kembali kesedia kala. 

Lagi- lagi, hari ini suasana Kembali semakin memanas. Puncaknya di perkirakan hari ini.  Namun tidak berarti berakhir hari ini juga.  Karna jalan masih panjang, licin  dan penuh dengan tikungan. Bisa saja, setelah hari ini jika KPU sebagai sang Supir  


Tidak berhati-hati dan alam tak bersahabat. Akan berakibat fatal. Episode demi episode yang telah lewat akan terbuang secara sia-sia. Hanya menjadi lembaran sejarah kelam, yang akan di baca oleh anak cucu pada saat nanti. 

Belajar dari pemilu kada pemko pekanbaru sebelumnya. Karna jalannya terjal. Sang supir tak sanggup mempertahankan bus yang sudah melaju kenjang. Akibatnya fatal.Terpaksa diadakan pemungutan suara ulang. 

 Sebagai masyarakat kita tidak menghendaki hal ini terjadi. Karna akan menguras uang negara entah itu APBD  ataupun APBN namanya. Yang jelas itu  adalah duit rakyat. Kita berharap KPU sebagai penyelenggara pemilu kada ini bisa bersikap bijak dan arif.

Sebagai masyarakat kita mempunyai tugas untuk ikut mensuskseskan event  akbar ini. Ia caranya tentu tidak terjebak dalam money politik. Tapi tak cukup hanya sebatas  itu saja.Untuk terciptanya pemilu kada yang berkualitas kita juga di tuntut untuk menggunakan hak politik kita . Tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun.


 Karna lima menit kita berada  di bilik suara, lima tahun kedepan dampaknya kita rasakan. Karena itu, siapa pun orangnya. Entah itu elit elit di negri ini, seperti gubernur , bupati, konglomeratdan sebagainya.  Dalam pemilu hari ini mereka punya derajat dan hak yang sama dengan seorang petani, pengemis, pengamen yang di jalan. Suara suara politik mereka yang telah disalurkan di hitung sama. 


Mungkin selama ini sebagai masyarakat ,  jika berhadapan dengan hukum, ataupun  berurusan dengann administrasi pemerintahan . Kita tak mendapat hak yang sama dengan golongan elit di negri ini. Tapi hari ini masyarakat kecil mempunyai derajat yang sama dengan elit elit di negri ini. Inilah “hari sakti” bagi masyarakat kecil.  Suara Mereka punya pengaruh yang sama dengan elits di negri ini.


 Suara- suara mereka, hari ini di agung-agungkan. Seolah-olah hari ini “suara masyarakat adalah suara tuhan”. Yang akan menentukan siapa gubernur Riau mendatang. Yang akan membawa perubahan di negri ini.

 Apakah itu perubahan kearah positif...? 

  atau perubahan ke arah Negatif..? .

 Tapi yang jelas mereka yang terpilih menjadi gubernur dan wagub nanti la..,yang mempunyai kesempatan lebih,  untuk mengubah negri ini. Dibandingkan dengan masyarakat biasa.
Inilah, demokrasi. Namun, terkadang demokrasi sering di nodai. 

 Entah itu, oleh politikus dam orang-orang  yang yang punya  kepentingan instans di negeri ini. Mereka berfikir secara pragmatis dan individualis. Yang mereka utamakan kepentingan- kepentingan  golongan golongan yang bersifat sesaat. 


Oleh karena itu, saya berpesan kepada semua pembaca. Hari ini adalah “hari sakti” yang ada dalam hidup kita. “Kesaktian ini” adalah milik kita sepenuhnya. Namun , semua itu tergantung kepada kita. Apakah kita menggunakan kesaktian “hari sakti ini”. Atau “hari sakti ini”  kita abaikan saja..!, kita buang, dan kita biarkan dia berlalu tanpa arti....!.  Atau kita memberikan “kesaktian kita hari ini” kepada orang yang salah..? atau kita berikan “kesaktian kita ini” dengan orang yang amanah dan mampu untuk memimpin Riau ini..!  

Semua itu tergantung kita. Yang jelas “hari sakti ini”  tak bisa di temukan setiap hari. Dia tak selalu ada setiap  tahun.. Dia bukanlah moment yang bisa membuat orang miskin jadi kaya, atau sebaliknya. Dia juga tidak  seperti lailatul kadar yang baik dari seribu bulan. 

Tapi dia adalah “ajang” bagi kita masyarakat kecil untuk menyampaikan suara politik kita. Oleh karena, jangan berharap banyak dari negeri ini. Kalau hari ini kita tak peduli.  


 Dan jangan berharap masyarakat Riau menjadi masyarakat madani, kalau hari ini  memilih mengharap materi. Tapi pilih lah pemimpin untuk negri ini  mengunakan “hati nurani” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar