Senin, 03 Maret 2014
Percayakah masyakat..?
Hidup itu persis seperti ban yang terus berputar. Kadang berada diatas sesekali berada di bawah. Ketika berada dibawah himpitan dan gesekan dari aspal sudah pasti dirasakan.
Makanya, boleh jadi hari ini kita dipuji oleh orang yang sama. Namun, esok hari kita dicaci oleh orang yang sama.
Pada hal yang kita lakukan tak jauh berbeda dengan hari sebelumnya. Hari ini bisa jadi semua orang memuji. Mereka kagum dan bangga dengan prestasi dan pribadi yang kita miliki. Tapi diwaktu yang berbeda kita akan dihujat habis-habisan.
Memang itulah hidup. Kata orang bijak hidup itu cobaan. Ujian dan tantangan akan datang silih berganti. Tergantung bagaimana kita menyikapi hal itu.
Mungkin inilah yang tengah dirasakan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta.
Awalnya ketika terjun didunia politik semua orang kagum. Semua orang memuji, banyak pihak yang bersedia menjadi sukarelawan Jokowi.
Media massa memberitakan. Koran-kortan memuat tv juga tak ketinggalan memberitakan tentang figur seorang jokowi. Saat itu, jokowi menjadi topik perbincangan hangat di media massa.
Tak hanya berhenti disitu, masyarakat pun turut simpati bahkan ada yang empati. Ketika mendengar sosok Jokowi yang sederhana dan merakyat. Memang hal unik dari seorang jokowi adalah merakyat dan belesukannya.
Mungkin kalau dilihat, pengalaman politiknya. Jokowi tak ada pengalaman lebih. Sewaktu jadi mahasiswa, ia juga tak tercatat dalam organisasi pergerakan kampus. Entah itu, eksternal maupun internal kampus. Tapi itulah Jokowi, ia tampil dikancah politik dengan cara yang berbeda.
Ketika turun kelapangan menemui masyarakat ia tak butuh pengawal yang banyak, ia juga tak butuh disambut dengan acara serimonial yang Waw. Makanya, tak heran ketika ia turun kemasyarakat. Entah itu kepasar, terminal atau pemukiman warga.
Masyarakat berebut untuk bersalaman, entah itu tua, muda dan anak-anak. Ia juga tak sungkan singgah kewarung-warung, dan pasar tradisional. Tak ada rasa canggung ketika berada di kerumunan masyarakat.
Mungkin seperti itulah gambaran masyarakat indonesia tentang jokowi yang dibentuk oleh media massa. Masyarakat indonesia lebih kenal jokowi, dari pada mentri keuangan, atau mentri SBY lainnya.
Sehingga jokowi sering disbut-sebut sebagai calon presiden RI pada pemilu april depan. Menurut hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) jokowi jauh lebih unggul dari pada politikus senior seperti, ARB, Prabowo, Megawati, Mahfud dan sebagainya.
Namun, tadi siang (3/3) saya menonton berita di TV. Warga DKI Jakarta yang tergabung dalam koalisi Front Rakyat AntiKorupsi (Fraksi) mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk proaktif mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta.
Kordinator Fraksi, Fajar Ardy Hidayatullah menegaskan, agar KPK menelusuri pengadaan bus TransJakarta, Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB), serta bus tingkat wisata yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Mereka juga mendesak KPK untuk memanggil dan meminta pertanggungjawaban Jokowi atas pengadaan bus karatan tersebut. Nama jokowi dalam orasi tersebut disebut berulang kali oleh orator.
Saya yakin, Jokowi adalah orang. Dia juga manusia biasa. Hal lebih penting tentunya, ia juga tak luput dari khilaf dan salah.
Tapi saya yakin jokowi tidak akan seperti politikus kebanyakan yang serakah dan rakus akan materi. Buktinya, ia mau turun kemasyarakat dan berbagi dengan masyarakat. Tak jarang ia makan diwarung bersama masyarakat.
Ini ,menandakan bahwa jokowi bukan tipe orang yang serakah dan materialis.Ia adalah tipe pemimpin yang sederhana. Yang disukai banyak masyarakat indonesia.
Saya juga berharap kasus ini dapat tuntas dengan cepat,dan tak menyerat nama Jokowi. Saya katakan seperti ini bukan berati saya pendukung jokowi. Saya sampaikan seperti ini karena saya tak mau masyarakat terluka.
Jika seandainya Jokowi terbukti secara hukum dan meyakinkan bersalah.Dan pengadilan bisa membuat masyarakat yakin bahwa ia bersalah. Maka, saya yakin. Masyarakat akan" patah hati". Kedepannya masyarakat menilai bahwa politik itu kotor, licik, penuh dengan sandiwara dan pembohongan.
Minggu, 02 Maret 2014
Asap bisa membawa banyak manfaat
Hal unik yang ada disebuah daerah yang terjadi berulang kali. Jika dikelola dengan baik akan menjadi ciri khas daerah tersebut. Entah itu budaya, tradisi, atau kegiatan apapun.
Hanya butuh promosi saja. Setelah itu, apabila sudah dikenal, akan mudah mendatangkan banyak pengunjung. Tentunya, jika sudah banyak pengunjung yang datang. Lambat laun akan memberikan dampak terhadap perekonomian daerah tersebut.
Begitu juga dengan Riau saat ini. Saat ini Riau punya nama. Riau sering diperpincangkan ditingkat nasional. Riau punya ciri khas. Riau juga punya hal unik yang terjadi berulang kali.
Telah dikenal hingga kenegri sebelah, seperti singapur dan malaysia. Tradisi unik tersebut saat ini masih berlangsung, dan dinikmati oleh masyarakat Riau. Tak tahu entah sampai kapan tradisi unik ini akan berakhir.
Tradisi tersebut orang sebut kebakaran lahan, tentunya karena sebagian besar bumi Riau adalah tanah Gambut. Akan menghasilkan asap yang menyesakkan nafas bagi para penghirupnya.
Tak tahu entah kenapa kebakaran lahan terjadi berulang kali di Riau. Maka tak salah bila kebakaran ini saya sebut tradisi ( tapi bukan berarti benar).
Tradisi mungkin sebutan yang lebih cocok untuk kebakaran ini , karena kita tak pernah belajar dari masa lalu. Seolah-olah setiap tahun Riau tak pernah lengah untuk memeriahkan musim kemarau.
Makanya, saya punya usul tentang kebakaran di Riau ini. Alangkah baiknya, dari pada kita mengutuk dan mencaci maki asap dan kebakaran yang terjadi di Riau. Lebih baik kita mensukuri, kita menerima denga lapang dada.
Ketika kebakaran terjadi di Riau. Saya mengajak pembaca untuk memeriahkan nya. Entah itu dengan menjual masker. Atau membuat Festifal asap se Riau. Untuk promosi kita tak butuh dana yang banyak dan besar.
Cukup kita biarkan lahan terbakar, tak perlu ditanggulangi. Asap-asap tersebut akan kita kirim keprovinsi dan negara tetangga sebagai bentuk undangan.
Kita mengundang mereka untuk memeriahkan Festifal asap ini. Saya yakin akan ada pengunjung yang akan datang. Ketika pengunjung datang ke Riau, masyarakat Riau kita anjurkan untuk menjual Masker.
Otomatis sedikit banyaknya, akan mendatangkan hasil dan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Riau.
NB :Dari pada api tak kunjung padam, dan kita sering mencaci maki asap. Lebih baik kita buat Festival asap. Sebagai bentu syukur kepada Tuhan dan alam.
Rabu, 26 Februari 2014
Tradisi bergambus talang mamak kian punah
“ Anak cicak dibawah bantalAnak cicak dibawah bantal
Entah bajari entahkan tidakEntah bajari entahkan tidak
Kalau tapijak kasungai gangsalKalau tapijak kasungai gangsal
Entahkan balik entahkan tidakEntahkan balik entahkan tidak”
Gambus |
Itulah cuplikan syair
yang nyanyikan oleh Tatung, panggilan akrab pria setengah baya bernama
Syafaruddin .Pria kelahiran 1962 ini terlihat masih enerjik. Ditemani teh
hangat yang masih berasap dan sebungkus rokok berwarna merah bermerek Niko. Pagi itu jari-jari lincah tatung memetik
dawai gambus tersebut dengan lihai. Syairnya khas masyarakat Rantau langsat, enak didengar ketika UIN Suska
Mengajar (USM) jilid II bertamu kerumah tatung.
Sesekali sambil menikmati
teh hangat yang masih berasap, terkadang tatung menghembuskan asap rokok dari mulut atau hidungnya.
Kepulan asap rokok tersebut berlalu dibawa angin yang berhembus dari pintu
depan rumah Tatung , pagi itu.
Jari-jari tatung
terlihat lihai dan lincah, Cincin akik dari batu lumut terlihat jelas berwarna
hijau mengkilat di jari kirinya.Batu lumut tersebut menurut masyarakat Rantau
Langsat adalah batu alam yang ada didasar sungai Gangsal, namun sulit untuk
ditemukan. “ Mungkin kalau di lautan namanya mutiara,” ujar Tatung. Warnanya
hijau lumut, namun sedikit bercahaya. Jika terus digosok maka bentuk dan
warnanya akan semakin bagus.
Tidak ada
rumus atau kunci kusus dalam bermain Gambus, lain hal nya dengan gitar atau
alat musik lain.Hanya perasaan yang di gunakan. Menurut tatung alat musik
gambus ini sudah ada di Desa Rantau langsat sejak lama. Telah diwarisi dari
generasi kegenerasi, tak tahu siapa orang pertama yang menciptakan atau yang
membawa Gambus kedesa rantau langsat.
Tapi menurut M Nasir salah satu tokoh masyarakat yang kami jumpai, mengatakan gambus erat kaitannya dengan sejarah masuknya islam kedesa Rantau langsat dan ;perang paderi. Namun, ia tak tahu persis seperti apa cerita tersebut.
M Nasir, tokoh masyarakat |
Tapi menurut M Nasir salah satu tokoh masyarakat yang kami jumpai, mengatakan gambus erat kaitannya dengan sejarah masuknya islam kedesa Rantau langsat dan ;perang paderi. Namun, ia tak tahu persis seperti apa cerita tersebut.
Saat Tatung bersyair,
terdengar khas syair melayu daratan, diiringi musik gambus, sepintas bunyi
dawai yang dipetik tatung tersebut mengeluarkan bunyi ala musik timur tengah.
Hal unik Gambus Desa Rantau langsat tetap mempertahankan sisi tradisonalnya. Meskipun saat ini senar gitar sudah mudah ditemukan di Desa rantau langsat, namun masyarakat sana tetap mempertahankan tali pancing sebagai senar. Lirik syairnya pun khas, biasanya berisi pantun. Ada banyak syair yang paling dikenal oleh masyarakat Rantau Langsat, seperti biduk-biduk, anak ayam. Biasanya syair-syair yang dinyanyikan jika diiringi oleh Gambus biasanya dinyanyikan dengan cepat.
Hal unik Gambus Desa Rantau langsat tetap mempertahankan sisi tradisonalnya. Meskipun saat ini senar gitar sudah mudah ditemukan di Desa rantau langsat, namun masyarakat sana tetap mempertahankan tali pancing sebagai senar. Lirik syairnya pun khas, biasanya berisi pantun. Ada banyak syair yang paling dikenal oleh masyarakat Rantau Langsat, seperti biduk-biduk, anak ayam. Biasanya syair-syair yang dinyanyikan jika diiringi oleh Gambus biasanya dinyanyikan dengan cepat.
Inilah hal unik dari
dari Gambus masyarakat desa Rantau Langsat, salah satu desa yang ada dalam
kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Namun seiring perkembangan
zaman dan teknologi, saat ini tak banyak lagi masyarakat Rantau langsat yang
bisa bermain Gambus. Hanya orang-orang tertentu, sebagian besar mereka yang
paham bergambus adalah orang tua.
Jika dilihat dari bahan pembuatan, tidak semua kayu bisa dijadikan Gambus. Karena jenis kayu
menentukan kualitas suara Gambus tersebut. Biasanya, masyarakat rantau langsat
yang berada di tepi sungai Gangsal membuat Gambus dari kayu Pulai, kapas hutan,
Lapis kulit. Tapi menurut tradisi nenek moyang mereka akan lebih bagus lagi jika
kayu tersebut ditemukan dalam keadaan patah oleh angin ribut.
Bila dilihat dari jumlah
dawainya Gambus masyarakat desa Rantau langsat mempunyai banyak jenis. Mulai dari
dawai yang rumit hingga dawai yang sederhana. Ada yang berjumlah 3,6,7,12
dawai. Semakin banyak jumlah dawai semakin rumit dan susah dalam memainkannya. Dawai
12 misalnya, saat ini di Desa Rantau langsat sulit untuk menemukan siapa yang
bisa memainkannya. Kebanyakan saat ini yang sering dipakai dan dimainkan
masyarakat adalah Gambus berdawai 3 dan 6.
Tradisi bergambus
masyarakat Talang mamak yang berada di tepi sungai Gangsal biasanya dimainkan
dalam upacara tertentu. Biasanya malam menugal,
hiburan masyarakat seperti acara pernikahan.Malam manugal adalah malam sebelum
menanam padi di sawah. Disebut manugal karena pada saat itu masyarakat Talang
Mamak menanam padi. Menggunakan bantuan kayu runcing. Kayu tersebut ditancapkan
ketanah lalu biji padinya dimasukkan kelobang tersebut.
Kayu yang ditancapkan
ketanah dalam bahasa masyarakat sana disebut menugal. Biasanya musik Gambus ini disandingkan dengan
tarian zapin. Namun bagi pemuda Rantau langsat tempo dulu, Gambus merupakan life style .
Menurut cerita M Nasir
salah satu tokoh masyarakat Desa Raantau Langsat, bagi pemuda tempo dulu.
Selain tradisi, Gambus merupakan sebuah kebanggaan. Pemuda dan pemudi saat itu
sangat menghargai orang- orang yang bisa bergambus. Makanya tak heran orang
zaman dulu, banyak yang Pandai memainkan alat musik Gambus. Mulai dari Gambus
yang mudah hingga Gambus yang terumit, mulai dari Gambus yang berukuran kecil
sedang dan besar.
Selain ditentukan oleh
bahannya, ukuran Gambus juga menentukan suara Gambus tersebut. Semakin kecil
Gambusnya maka semakin nyaring bunyi yang dihasilkan oleh Gambus tersebut. Biar
lebih terlihat menarik biasanya Gambus-gambus tersebut di poles dengan Getah Jernang. Jernang salah satu jenis rotan yang ada di Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh ( TNBT), Indragiri HuluJernang pada
saat sekarang sulit ditemukan. Karena Rotan jenis ini, memiliki harga ekonomi
yang cukup tinggi. Satu kilo gram getah jernang harganya bisa mencapai dua
jutaan.
Makanya, tak heran
sebagian besar masyarakat Talang Mamak bergantung hidup pada alam, baik itu
didarat/ hutan maupun di sepanjanhg sungai gangsal. Ada yang mencari jernang,
menjerat dan sebagainya. Namun, ada sebagian masyarakat yang tinggal tinggal di
tepi Sungai Gangsal kerjanya meneres karet, seperti masyarakat dusun lemang,
tualang dan siamang.
Karet-karet tersebut akan di jual pada pengepul sebulan sekali. Uang-uang tersebut digunakan untuk memebeli kebutuhan sehari-hari. Bagi masyarakat Talang Mamak yang masih jauh dari dunia modren, seperti dusun Nunusan, Datai dan Sadan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti beras mereka berladang. Jika ada waktu luang mereka akan menangkap ikan disungai dengan cara tradisional. Entah itu dengan Tekalak, Lukah atau menembak ikan dengan cara menyelam.
Karet-karet tersebut akan di jual pada pengepul sebulan sekali. Uang-uang tersebut digunakan untuk memebeli kebutuhan sehari-hari. Bagi masyarakat Talang Mamak yang masih jauh dari dunia modren, seperti dusun Nunusan, Datai dan Sadan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti beras mereka berladang. Jika ada waktu luang mereka akan menangkap ikan disungai dengan cara tradisional. Entah itu dengan Tekalak, Lukah atau menembak ikan dengan cara menyelam.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi
dan budaya. Tradisi bergambus semakin hilang. Generasi penerus untuk
bergambuspun sulit ditemukan. Ketika USM beberapa minggu berada di Desa
Rantau Langsat, tak ada bertemu dengan generasi muda yang bisa bergambus.
Kebanyakan mereka
adalah orang-orang tua. Menurut Nasir. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari
perkembangan teknologi. Anak-anak muda rantau langsat sudah punya hiburan lain.
Entah itu bermain gitar, mendengar radio, atau menonton TV. Apalagi sebagian
dusun yang ada di desa Rantau Langsat, seperti dusun Lemang, Pebidaian,
siamang. Masyarakatnya sudah mulai mengikuti dunia luar. Ditiga dusun tersebut,
sebagian kecil rumah masyarakat sudah memiliki TV. Bahkan rumah mereka tidak
lagi terbuat dari kulit kayu, seperti rumah masyarakat Talang Mamak pada tempo
dulu.
Namun, untuk dusun
Datai, Nunusan, dan Suit masyarakatnya masih bersifat tradisional. Rumahnya,
terbuat dari kulit kayu, atapnya pun masih dari daun kayu yang diambil dari
hutan. Daun kayu tersebut mereka anyam sehingga jadilah atap. Meskipun,
masyarakat Talang Mamak yang berada di Dusun Datai, Suit, dan Nunusan masih
sulit dijangkau dunia luar. Rumah masyarakat sebagian besar masih dari kulit
kayu. Namun sulit untuk menemukan orang yang bisa bergambus. Lain halnya,
dengan Nasir tokoh masyarakat Rantau Langsat. Meskipun sudah berusia setengah
baya, ia tetap bermain Gambus. Kadang ia meluangkan waktu satu hingga dua jam
sehari, hanya untuk bermain Gambus.
Sabtu, 01 Februari 2014
USM jilid II ( Seminar )
Bagian (1)
Dari
kejauhan, di pelataran ruangan Tetar Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial terlihat beberapa orang Mahasiswa mondar-mandir. Mereka
adalah generasi muda yang punya keinginan kuat, punya niat baik untuk membangun
indonesia. "Langkah kecil untuk perubahan besar," adalah moto yang diusung.
Pagi ini kamis 16 januari 2014 kumpulan generasi muda yang tergabung dalam UIN Suska mengajar (USM) jilid II.
Pagi ini kamis 16 januari 2014 kumpulan generasi muda yang tergabung dalam UIN Suska mengajar (USM) jilid II.
Akan
menggalang dana untuk melakukan UIN Suska mengajar, daerah yang mereka tuju adalah Indra Girihulu,
Rangtau Langsat tepatnya. Menurut sejarah, daerah ini telah dihuni oleh suku Talang mamak dari
ratusan tahun silam hingga sekarang. Namun, dari segi budaya dan
peradaban mereka termasuk suku terbelakang
Panitia USM jilid II saat mengadakan seminar penggalangan dana |
.
Seminar 'kedok' yang pilih. Beberapa hari sebelum melakukan acara tersebut
panitia telah
‘membidik’ beberapa Dekan , kajur, bahkan beberapa orang dosen yang ada dikampus UIN Suska. Mereka yang diundang adalah
orang-orang yang dianggap peduli terhadap kegiatan sosial, dan pendidikan masyarakat terpencil,
seperti suku Talang mamak. Pihak rektorat juga jadi target, kusus dalam acara
ini Wakil Rektor (WR) III, bidang kemahaiswaan.
Selain
itu, beberapa organisasi Internal kampus turut menjadi 'sasaran'. Persiapan untuk melakukan seminar tersebut
memang tak terlalu matang. Tidak menghabiskan waktu sebulan atau semingu, hanya
beberapa hari saja. Sehingga kesannya,
dadakan. Ini memang tak bisa dipungkiri. Tapi yang tertpenting kita telah mencoba. Berhasil
atau gagal hanya proses akhir yang kita terima, meskipun tak berusaha.
Namun
saat ini kutengok jam di Hanpond ku
sudah mendekati jam 9 pagi, menurut jadwal
yang dibuat panitia sebentar lagi seminar akan dimulai. Tapi belum ada seorangpun yang
datang dari tamu undangan maupun peserta seminar. Ku tengok muka-muka panitia
lainya, dari wajah mereka terlihat kekecewaan, mungkin kecemasan lebih tepatnya. Mereka cemas
peserta tidak ada yang datang, mereka juga cemas seminar yang bertujuan untuk
menggalang dana malah menghabiskan dana. Meskipun
Selang
beberapa saat kemudian, pembicara pertama bang Norman datang. Menurut cerita ketua panitia USM jilid II
Reza, bang norman adalah keturunan asli suku talang mamak. Dia merupakan salah
satu generasi muda talang mamak yang berhasil menerobos mitos.
Menerobos mitos, bahwa talang mamak tak selamanya terbelakang, tak selamanya buta huruf dan tak selamaya kolot dan tak berpendidikan yang identik dengan suku terpencil. Bang Norman meskipun keturunan suku talang mamak ia telah menyelesaikan studi S2 nya.
Menerobos mitos, bahwa talang mamak tak selamanya terbelakang, tak selamanya buta huruf dan tak selamaya kolot dan tak berpendidikan yang identik dengan suku terpencil. Bang Norman meskipun keturunan suku talang mamak ia telah menyelesaikan studi S2 nya.
Menurut
cerita dari Bang Norman, sebetulnya ‘generasi muda’ suku talang mamak sudah lumayan
banyak mengenyam pendidikan di Universitas yang ada dipekanbaru. Namun, hanya
sebagian kecil yang mau mengakui secara terang-terangan, bahwa mereka keturunan
suku talang mamak.
“Mungkin mereka malu,” kata Norman.
“Mungkin mereka malu,” kata Norman.
Karena
selama ini Suku Talang mamak identik dengan suku terbelakang, seolah-olah
mereka warga kelas dua di Negara ini. Padahal tak selamanya benar. Namun bagi
Norman tak ada malunya mengakui asal muasalnya. Yang jelas saat ini, secara
fisik tak ada yang bisa membedakannya, bahwa dia Suku Talang mamak atau bukan.
Dari
segi pendidikan Norman sudah tak mencerminkan suku terbelakang. Hanya pengakuan dari Norman lah yang bisa
membuat kita yakin bahwa dia suku Talang mamak. Jika seandainya, Norman tak
mengakui tak ada yang tahu, kecuali orang dekatnya dan Norman sendiri. Di
seminar ini, Norman diundang sebagai pemateri, ia menjelaskan tentang sejarah
dan kondisi terkini di Suku Talang mamak.
Matahari
pagi pun semakin jelas. Mungkin siang ini cuaca lumyan panas, di pagi hari
kurang dari jam sembilan pagi, matahari telah menyinari Fakultas Ekonomi dan
Ilmu sosial dengan ‘tegas’. Kulihat dilantai dasar gedung belajar, sekelompok
mahasiswa berpakaian Hitam Putih berjalan dengan santai, ada yang bersenda
gurau, bercanda, dan memegang buku.
“Ooo..iya sekarang
semua Fakultas sedang sibuk-sibuknya Ujian Akhir Semester (UAS) ,“ pikirku
dalam hati.
Kecemasan
akan peserta yang tidak datang semakin meningkat. Apalagi di saat sekarang
kondisi mahasiswa yang apatis makin tinggi, mereka tak mau tahu terhadap
lingkungan mereka . Ditambah mahasiswa sibuk dengan UAS nya masing-masing, mustahil mereka mau meninggalkan
ujian. Karena kebanyakan mereka, nilai adalah segala-galanya.
Secara Logika sudah jelas peserta yang datang
hanya sedikit. “Meskipun ada yang datang, kemungkinan besar hanya panitia dan
pembicara,” itu yang terpikir olehku saat itu.
Setelah jenuh dengan
situasi dipelataran Fakultas Ekonomi dan Ilmu soial, aku masuk keruangan teater
sambil menengok beberapa buku sumbangan dari donatur. Kutengok Covernya kurang
menarik atau karena kecemasan tak ada peserta yang datang, aku kembali menuju
keluar gedung teater. Setelah berjalan menyusuri pelataran yang ada di Fakultas
tersebut. Satu persatu mading yang ada di situ kubaca. Setiap tulisan kata demi
kata kutengok denga teliti. Setelah usai membaca tulisan tersebut, aku kembali masuk
keruangan . Setelah sampai diruang tersebut, aku sengaja duduk paling belakang.
Kuhitung jumlah manusia yang ada di ruangan itu hanya berkisar dua puluhan
orang. Untuk beberapa saat aku hanya bisa termenung.
Tak
berapa lama kemudian, aku kaget dengan kedatangan DR Akhyar Wakil Rektor III
UIN Suska Riau. Kulihat kearah depan, ternyata peserta juga sudah mulai bertambah, meskipun tak banayak. Ada sekitar
tiga puluhan kepala, ketika kuhitung dari belakang. Mereka duduk tak beraturan
mungkin karena ruangan teater tersebut tidak penuh oleh peserta, jadi panitia
tidak menyuruh peserta maju kekursi kosong yang ada kedepan. Ketika acara di
mulai, aku maju kedepan sambil membawa kamera SLR. Karena saat itu aku bertugas
sebagi dokumentasi.
Setelah
sampai di bagian depan, kulihat dari samping DR Akhyar bersama Prof Muhmida
Yelli. Aku tidak tahu persis entah siapa diantara mereka yang dulu datang
keruangan tersebut. Mungkin disaat aku melamun, mereka datang.
Diantara
undangan yang disebar panitia, hanya tiga orang dari pihak dosen yang datang.
PRof Muhmida Yelli dan DR Akhyar, DR Elviandri sebagai pembicara . Mereka rela
datang meskipun acara tersebut dilakukan dengan sederhana. Prof Muhmida yelli,
beliau menyempatkan hadir diacara tersebut, meskipun sudah beberapa hari tidak
masuk kuliah, walau tugas sudah menumpuk.
Kesibukan
beliau terlihat diruangan tersebut, dia sengaja membawa buku untuk mengerjakan
tugas yang telah menumpuk. Meskipun, beliau tidak bisa mengikuti kegiatan
tersebut hingga akhir acara. Dalam pidato singkatnya, Prof Muhmida yelli sangat
mendukung kegiatan tersebut, beliau berpidato dengan antosias dan memotifasi
panitia yang hadir saat itu. Prof Muhmida yelli juga siap membantu jika
diperlukan, dalam USM jilid II. Sebelum meninggalkan panitia USM Prof Muhmida
Yelli, sempat mengatakan bahwa tidak enak hati meninggalkan panitia, namun
karena telah ditunggu oleh tugas, ia dengan berat hati meninggalkan ruangan
tersebut.
“ Kepada Nanda, ibu
permisi dulu, sebetulnya ibu juga tak enak meninggalkan kalian disisni. Tapi
karena di tunggu tugas,” hal itu beliau
sampaikan dengan mimik muka yang serius dan berat, sebelum dia keluar ruangan didepan
semua panitia dan peserta yang hadir saat itu.
Selain PROf Muhmida
Yelli, DR Akhyar juga menunjukkan dukungannya terhadap USM Jilid II. Namun,
beliau hanya bersama panitia diruangan tersebut beberapa menit saja. Hal ini
disebabkan karena Rektorat lagi kosong, Rektor, Wakil Rektor I dan II tidak ada
di ruangan. Mereka ada tugas keluar.Jadi, beliau khawatir jika ada tamu atau
urusan penting yang perlu diselesaikan cepat. Namun, beliau menyampaikan pesan
pada PROf Muhmida Yelli, bahwa beliau mendukung kegiatan tersebut, hal ini
disampaikan oleh Prof Muhmida Yelli dalam pidato singkatnya.
###
Setelah
Norman, pemateri pertama menjelaskan tentang suku Talang mamak dan permasalahan
yang dihadapi saat ini. Disambung oleh Prof Muhmida Yelli memberikan motifasi
dengan pidato singkatnya. Selang beberapa saat kemudian DR Elviandri , datang.
Kutengok jam di Hp ku . Sudah mendekati jam sepuluh tiga puluh.
Panitia
dan peserta terlihat mulai bosan, di tambah hari sudah mulai siang. Bahkan ada
beberapa peserta yang telah keluar dari ruangan tersebut. Mungkin mereka
memang bosan, atau mereka ujian, karena
saat ini semua Fakultas di UIN Suska lagi UAS.
DR
Elviandri merupakan dosen di Fakultas Pertanian dan Feternakan UIN Suska,
selain itu beliau juga mengajar di beberapa perguruan tinggi yang ada di Riau.
Mantan Aktifis 98 ini merupakan salah satu dosen yang cukup peduli dengan
kegiatan yang bersifat sosial. Bukan
hanya di tingkat, lokal atau nasional ia pernah diundang sebagai pemateri hingga kenegara lain.
Banyak Negara yang pernah didatangi oleh Alveandri.
Meskipun
peserta dan panitia yang hadir dalam ruangan tersebut hanya sedikit. Tak ada
terihat kecewa di raut mukanya. Saat menyampaiakan materi motifasi, banyak tepuk tangan yang terdengar diruangan tersebut. Sesekali juga di selingi tawa peserta dan panitia, jika ada yang dianggap lucu. Ia berhasil
memotifasi peserta dan panitia yang hadir saat itu. Sebelum menyampaikan
materinya satu hal yang masih teringat oleh ku saat ini. “ Pemuda itu tak perlu
ramai. Jika bungkarno berkata, berikan aku 10 pemuda biar kugonjangkan dunia.
Kita cukup segini, kita goncang indonesia dan dunia dari panam raya,” ujar
Elviandri memotifasi dengan guyonan.
Selain
kata diatas ada banyak motifasi yang
disampaikan Elviandri, beliau tak hanya kaku dalam menyampaikan motifasi, tidak
pula menoton dan penuh dengan teori ilmiah. Tapi semua motifasi tersebut beliau
sampaikan dengan menarik ala kaum akademis. Pada hal sebelum Elviandri
menyampaikan materi muka panitia dan peserta terlihat bosan dan mengantuk.
Di
acara tersebut Elviandri juga berkata, “ Disaat tekanan kalian masih sempat
berpikir untuk orang lain. Disaat semua mahaiswa sibuk dengan UAS nya, di saat
semua orang sibuk dengan kegiatannya, tapi mahasiswa yang hadir sini sempat
berpikir untuk indonesia untuk orang lain. Pada hal tak tahu nanti siang makan
apa atau makan mie instan” ujarnya dengan guyonan.
Menurut
beberapa mahasiswa yang pernah bertemu dengan Elviandri, beliau adalah sosok
motivator, idealis, dan
berwawasan luas. Melba FF pernah mengatakan, “ Pak Elviandri Mario Teguhnya UIN
Suska,” ujar melba sambil bercanda.
Langganan:
Postingan (Atom)