`
“Tuhan anak ku, tuhan
tolong anak ku.Ee..eeeee..,” isak seorang ibu sambil mendekap kedua anak nya,
yang masih kecil. Di saat bersamaan sang supir berkata “ Uni jangan kecek awak supirnyo. Kecek supirnyo alah pai,” ujarnya
penuh iba. Suara ribut dan isak tangis itulah yang membuat aku terbangun dan
keluar dari mobil yang sudah berada di dasar jurang.
*****
Malam itu sekitar pukul delapan aku mandi, biasanya aku
mandi pada sore hari sekitar jam empat atau limaan. Sebenarnya hari ini aku tak
terlalu sibuk. Hanya saja untuk mandi harus antri terlebih dahulu. Maklum WC
yang ada di sekitar tempat tinggal ku hanya sebuah yang layak digunakan.
Setelah selesai mandi aku segera memakai baju. Ku gunakan
kembali baju yang telah kupakai sebelumnya. Akupun
segera menunaikan shalat isya. Setelah selesai, aku berhenti sejenak untuk
melepaskan lelah sambil bercerita dengan bebrapa kawan ku yang ada malam itu.
Tak berapa lama kemudian jam dinding yang tergantung pada dinding
sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. Akupun segera berangkat ke terminal
‘gelap’ di antar oleh kedua temanku menggunakan
sepeda motor. Tak berapa lama kemudian kami sampai di terminal gelap
tersebut.
Setelah tawar menawar dengan agen travel, harga untuk
keberangkatan di sepakati seratus ribu rupiah. Biasanya jika melewatai terminal
resmi penumpang harus membayar sekitar seratus dua puluh ribu rupiah. Tak
berapa lama kemudian kedua teman ku berlalu meninggalkanku.
“ Hati-hati an. Kalau ada apa-apa kasih tahu,” kata salah seorang
temanku.
“Oke,” jawabku.
Waktupun berlalu. Beberapa saat kemudian aku dan 6 orang penumbang lainnya beranghkat meninggalkan kota bertuah ini. Sebuah pesan singkat masuk ke hp ku.
“ Gimana an. Udah berangkat?,”.
“ Baru berangkat,” balasku.
“Hati-hati, kalau ada apa-apa kasih tahu,”.
“Ok,” balas ku.
Suasana dalam teravel malam itu hening. Tak ada seorangpun
yang berbicara, dan yang memulai pembicaraan. Semua penumpang berdiam diri, aku
sengaja membisu dan memilih diam. Ku pejamkan mata dan ku rebahkan kepalaku
kebelakang pada sandaraan mobil.
Beberapa jam kemudian, kami memasuki wilayah bangkinang. Tak
berselang lama penumpang yang duduk di sebelahku turun. Tapi aku tak tahu entah
apa nama lokasi tempat penumnpang itu turun. Tapi yang jelas lokasi tersebut
masih dalam wilayah kabupaten kampar.
Waktupun berlalu. Malam semakin larut. Ku tengok jam di hp ku
ternyata sudah jam pukul 11: 23 WIB.
Namun suasana daam mobil telah berubah. Kususnya di kursi bagian belakang. Di
bagian belakang hanya aku sendiri. Sedangkan kursi bagian depan dan tengah
masih penuh.
Karena kursi di bagian belakang kosong. Aku mencoba untuk
berbaring, sekaligus tidur kalau bisa. Suasana yang tadinya hening sekarang
sudah di penuhi oleh suara musik dan lagu daerah minang, yang tak kupahami
maksudnya. Tak kusadari entah berapa lamaya aku tertidur.
*****
“Tuhan anak ku, tuhan
tolong anak ku.Ee..eeeee..,” isak seorang ibu sambil mendekap kedua anak nya,
yang masih kecil.
Di saat bersamaan sang supir berkata “ Uni jangan kecek awak supirnyo. Kecek supirnyo alah pai,” ujarnya
berkali-kali.
“Awak takut di masa ni,
siko masyarakatnyo. Main masa. Tolong yo ni,
tolong yo dik ” ujar supir tersebut
penuh iba.
Suara ribut dan isak tangis itulah yang membuat aku
terbangun, aku hanya bingung. Tak tahu entah apa yang telah terjadi. Tapi yang
jelas saat aku bangun kaki kiri ku terjepit pada jok mobil yang kutumpangi itu.
Isak tangis ibu muda dan kedua anaknya semakin menjadi-
jadi.
“Eee.....eee....tolong. Selamatkan anakku,” isaknya,
berkali-kali.
Aku mencoba untuk keluar. Setelah berada di luar, ku lihat
apa yang ada di sekitar ku. Ada pohon, semak dan rerumputan. Aku semakin
bingung dan tak mengerti apa yang telah terjadi pada ku, dan apa yang sedang ku
alami pada malam ini. Ditambah lagi isak tangis seorang ibu muda dan kedua
anaknya yang masih kecil. Di saat yang bersamaan sang supir mengiba, agar tidak mengatakan bahwa dia
supir.
Dari atas terdengar teriakan
“Cepat-cepat naik”.
“Ooo..aku menyadari. Ternyarta kami baru mengalami musibah.
Dan sekarang aku berada di dalam jurang”.
Sontak aku kaget dan terheran-heran. Setelah mengetahui hal
itu. Ku sandang dan kucari sandalku yang sempat terlepas. Saat itu penglihatanku,
masih kunang-kunang, aku masih dalam
keadaan gamang. . Maklum aku baru terbangun dari tidurku malam itu.
Setelah sampai diatas jalan, perasaaku sangat gamang.
Ternyata diatas sana sudah banyak orang berkerumunan hanya sekedar melihat.
Diantara kerumunan tersebut ku lihat ada banyak korban. Ada yang patah kakinya,
ada muka nya yang hancur, dan ada yang luka gores di seluruh tangannya.
“Ooooh tuhan ,” pekikku.
Hatiku tak berrhenti bertasbih menyebut sang khalik. Dalam
keadaan cemas dan tak menentu aku mulai putus asa. Harapanku untuk samapai
ketempat tujuan pupus sudah. Kini yang kupikirkan, bagaimana caranya agar bisa
pulang kembali kepekanbaru.
Kuambil Hp di sakuku, kutengok ternyata sudah jam 00:34.
Ingin rasa ku telpon kawan-kawanku yang telah mengantarkan ku tadi. Tapi aku kembali
berpikir, malam sudah larut.
Ku urungkan niatku. Ditengah teroma ini, ada sorang leleaki
yang menarik tangan ku.
“Dek sini bentar,”katanya.
Ku ikuti saja orang ini.
“Dek, yang mau ke UNP tadikan, sekarang gini saja. Adek ikut
kami,” bisiknya dengan suara pelan di tengah kerumunan masa malam itu.
****************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar