Selasa, 12 November 2013

Kematian mendekatiku..


`


“Tuhan anak ku, tuhan tolong anak ku.Ee..eeeee..,” isak seorang ibu sambil mendekap kedua anak nya, yang masih kecil. Di saat bersamaan sang supir berkata “ Uni jangan kecek awak supirnyo. Kecek supirnyo alah pai,” ujarnya penuh iba. Suara ribut dan isak tangis itulah yang membuat aku terbangun dan keluar dari mobil yang sudah berada di dasar  jurang. 



*****

Malam itu sekitar pukul delapan aku mandi, biasanya aku mandi pada sore hari sekitar jam empat atau limaan. Sebenarnya hari ini aku tak terlalu sibuk. Hanya saja untuk mandi harus antri terlebih dahulu. Maklum WC yang ada di sekitar tempat tinggal ku hanya sebuah yang layak digunakan. 
 

Setelah selesai mandi aku segera memakai baju. Ku gunakan kembali baju yang telah kupakai sebelumnya.   Akupun segera menunaikan shalat isya. Setelah selesai, aku berhenti sejenak untuk melepaskan lelah sambil bercerita dengan bebrapa kawan ku yang ada malam itu.

Tak berapa lama kemudian jam dinding yang tergantung  pada dinding  sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. Akupun segera berangkat ke terminal ‘gelap’ di antar oleh kedua temanku menggunakan  sepeda motor. Tak berapa lama kemudian kami sampai di terminal gelap tersebut.

Setelah tawar menawar dengan agen travel, harga untuk keberangkatan di sepakati seratus ribu rupiah. Biasanya jika melewatai terminal resmi penumpang harus membayar sekitar seratus dua puluh ribu rupiah. Tak berapa lama kemudian kedua teman ku berlalu meninggalkanku.

“ Hati-hati an. Kalau ada apa-apa kasih tahu,” kata salah seorang temanku.

“Oke,” jawabku.

Waktupun berlalu. Beberapa saat kemudian aku dan 6 orang penumbang lainnya beranghkat meninggalkan kota bertuah ini. Sebuah pesan singkat masuk ke hp ku. 

“ Gimana an. Udah berangkat?,”. 

“ Baru berangkat,” balasku.

“Hati-hati, kalau ada apa-apa kasih tahu,”.

“Ok,” balas ku.

Suasana dalam teravel malam itu hening. Tak ada seorangpun yang berbicara, dan yang memulai pembicaraan. Semua penumpang berdiam diri, aku sengaja membisu dan memilih diam. Ku pejamkan mata dan ku rebahkan kepalaku kebelakang pada sandaraan mobil.

Beberapa jam kemudian, kami memasuki wilayah bangkinang. Tak berselang lama penumpang yang duduk di sebelahku turun. Tapi aku tak tahu entah apa nama lokasi tempat penumnpang itu turun. Tapi yang jelas lokasi tersebut masih dalam wilayah kabupaten kampar.

Waktupun berlalu. Malam semakin larut. Ku tengok jam di hp ku ternyata sudah jam  pukul 11: 23 WIB. Namun suasana daam mobil telah berubah. Kususnya di kursi bagian belakang. Di bagian belakang hanya aku sendiri. Sedangkan kursi bagian depan dan tengah masih penuh. 

Karena kursi di bagian belakang kosong. Aku mencoba untuk berbaring, sekaligus tidur kalau bisa. Suasana yang tadinya hening sekarang sudah di penuhi oleh suara musik dan lagu daerah minang, yang tak kupahami maksudnya. Tak kusadari entah berapa lamaya aku tertidur.
*****

 “Tuhan anak ku, tuhan tolong anak ku.Ee..eeeee..,” isak seorang ibu sambil mendekap kedua anak nya, yang masih kecil. 

Di saat bersamaan sang supir berkata “ Uni jangan kecek awak supirnyo. Kecek supirnyo alah pai,” ujarnya berkali-kali. 

“Awak takut di masa ni, siko masyarakatnyo. Main masa. Tolong yo ni, tolong yo dik ” ujar supir tersebut penuh iba.

Suara ribut dan isak tangis itulah yang membuat aku terbangun, aku hanya bingung. Tak tahu entah apa yang telah terjadi. Tapi yang jelas saat aku bangun kaki kiri ku terjepit pada jok mobil yang kutumpangi itu.

Isak tangis ibu muda dan kedua anaknya semakin menjadi- jadi. 

“Eee.....eee....tolong. Selamatkan anakku,” isaknya, berkali-kali.

Aku mencoba untuk keluar. Setelah berada di luar, ku lihat apa yang ada di sekitar ku. Ada pohon, semak dan rerumputan. Aku semakin bingung dan tak mengerti apa yang telah terjadi pada ku, dan apa yang sedang ku alami pada malam ini. Ditambah lagi isak tangis seorang ibu muda dan kedua anaknya yang masih kecil. Di saat yang bersamaan sang supir  mengiba, agar tidak mengatakan bahwa dia supir.

Dari atas terdengar teriakan 

“Cepat-cepat naik”.

“Ooo..aku menyadari. Ternyarta kami baru mengalami musibah. Dan sekarang aku berada di dalam jurang”.

Sontak aku kaget dan terheran-heran. Setelah mengetahui hal itu. Ku sandang dan kucari sandalku yang sempat terlepas. Saat itu penglihatanku, masih kunang-kunang,  aku masih dalam keadaan gamang. . Maklum aku baru terbangun dari tidurku malam itu.

Setelah sampai diatas jalan, perasaaku sangat gamang. Ternyata diatas sana sudah banyak orang berkerumunan hanya sekedar melihat. Diantara kerumunan tersebut ku lihat ada banyak korban. Ada yang patah kakinya, ada muka nya yang hancur, dan ada yang luka gores di seluruh tangannya.
“Ooooh tuhan ,” pekikku.

Hatiku tak berrhenti bertasbih menyebut sang khalik. Dalam keadaan cemas dan tak menentu aku mulai putus asa. Harapanku untuk samapai ketempat tujuan pupus sudah. Kini yang kupikirkan, bagaimana caranya agar bisa pulang kembali kepekanbaru.

Kuambil Hp di sakuku, kutengok ternyata sudah jam 00:34. Ingin rasa ku telpon kawan-kawanku yang telah mengantarkan ku tadi. Tapi aku kembali berpikir, malam sudah larut.
Ku urungkan niatku. Ditengah teroma ini, ada sorang leleaki yang menarik tangan ku. 

“Dek sini bentar,”katanya.

Ku ikuti saja orang ini.

“Dek, yang mau ke UNP tadikan, sekarang gini saja. Adek ikut kami,” bisiknya dengan suara pelan di tengah kerumunan masa malam itu.





 ****************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar