Jumat, 24 Januari 2014

Renungan tentang indonesia saat ini

Beberapa pekan terakhir dilayar kaca kulihat bencana  melanda nusantara, Indonesia tercinta saat ini  menangis. 


Ribuan masyarakat meninggalkan rumah menuju tempat pengungsian. Ribuan pasang mata bahkan mungkin jutaan hanya bisa menyaksikan,. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, hanya sekedar ikut berduka ketika menyaksikan dilayar kaca, 


Tapi setelah berita usai.  Pasangan mata yang menyaksikan dilayar kaca telah lupa dengan kejadian tadi. Inilah cermin masyarakat kita saat ini. Masyarakat Indonesia yang katanya peduli sesama, dan bersifat kekeluargaan. Itu hanya dulu, kini hanya tinggal sejarah yang selalu kita agung-agungkan.
Tak usah lah,..!! kita permasalahkan hal itu..!!!                 

Saudara-saudara kita korban banjir saat ini sedang berduka. Tak baik jika kita hanya berdebat. Mereka memerlukan ulur tangan kita. Tak mungkin hal ini bisa teratasi dengan cepat jika hanya mengandalkan pemerintah. Sebagai masyarakat kita punya peran dan harus ambil bagian dalam hal ini.
Tapi satu pertanyaan yang perlu kita pertanyakan. Mengapa banjir melanda Indonesia tak beraturan lagi. Apakah alam telah berubah..??

Jawabannya tentu “ya..”

Betul..! Alam tak lagi bersahabat. Seakan-akan mereka marah. Bak serdadu perang yang disulut “api marah”. Sekarang pasukan mereka mengepung Negara tercinta ini. Pasukan mereka  siap menggempur kita. Mereka telah siap memporak porandakan dan meluluh lantakkan bumi pertiwi ini. Hanya tinggal menunggu perintah dari “sang komandan”. Jika komando telah di sampaikan oleh “ sang komandan”. Tak ada yang bisa menolak perintah tersebut. Karena ini “meliter” bung.



Semua kita tentu berharap bencana ini tak merambah kemana-mana. Jika bisa bencana tersebut kita “pukul mundur” hingga menjauh dari bumi pertiwi ini. Itu tentu sudah keinginan semua masyarakat Indonesia.  Baik muda maupun tua, karena tak ada yang menginginkan bencana ini terjadi. Apalagi menyambut dengan senang hati, itu mustahil.

Tapi hidup adalah perjuangan kawan..!!

Kita boleh berharap, kita juga poleh punya keinginan dan cita-cita. Tapi jika sekedar berharap tanpa aksi nyata hanya sia-sia. Menghabiskan waktu dan pikiran terbuang begitu saja. Jadi sebagai manusia apa yang telah kita perbuat untuk menghargai alam ciptaan sang khalik. Apakah hanya sekedar berdiam diri, tanpa mau peduli dengan alam. Atau hanya sekedar ikut pritahatin dengan kondisi alam yang tak lagi bersahabat. 


Hidup adalah pilihan kawan.!!

Terserah engkau mau pilih yang mana. Atau membuat pilihan sendiri. Itu adalah hak kita sebagai mahluk mardeka. Tapi setidak-tidaknya aku masih yakin diantara pembaca semua ada orang yang masih peduli dengan alam, dan mau menghargai alam.
Tapi satu hal yang perlu kita ‘’garis bawahi” Indonesia saat ini berduka. Banjir melanda sebagian dari Negara kita. Bukan hanya itu, sinabung belum juga usai. Ribuan hektar lahan pertanian habis diserang debu vulkanik. Gagal panen sudah tentu, akan terjadi. Bukan hanya itu, dampak ini bisa merambat menjadi masalah nasional jika tetap dibiarkan. Harga sembako bisa melonjak tinggi, baik itu karena sinabung atau karena banjir.

 Indobnesia aku turut berduka….










Selasa, 21 Januari 2014

Ohhh Alam ku Bisa kah Kita Berteman Lagi


        

                                                                                         Oleh Edo Fernando


penulis ( Apoy / Mahasiswa Ilmu Komunikasi)
Banjir lagi. Banjir lagi.
Letus lagi. Letus lagi.
Wah wah. Sepertinya bencana ini tidak surut dari pemberitaan media massa sekarang. Tidak sekali tapi berulang kali bencana ini melanda Indonesia. Jawa yang katanya pulau terpadat di Indonesia sudah dikepung oleh banjir. Empat hari cuaca di Indonesia tidak stabil. Musim pancaroba katanya. Matahari pun jarang terlihat dan menyinari permukaan bumi Indonesia. Hangatnya matahari kian susah didapat. Yang ada hanya air yang terus mengalir dari dataran permukaan tinggi ke tempat yang rendah.

Pulau hangat. Begitu para ahli menyebutnya. Jawa khususnya adalah pulau terpadat. Kian padatnya Jakarta. Banyak yang bilang Pulau Jawa akan tenggelam diwaktu yang tidak bisa dipastikan. Hati hati saja penduduk Jawa sana.

Ane pikir banyak alasan kenapa para ahli menyebutkan kenapa Jawa akan tenggelam. Karena setiap tahunnya penduduk Jawa kian bertambah. Pendatang baru dari berbagai penjuru Indonesia kian terpesona akan megahnya Jawa khususnya Jakarta.
“Ane sarankan cepat pindah dan cari tempat yang mungkin layak dihuni,” saran aja sih.
Aneh ane melihat kondisi Indonesia saat ini. sekarang banyak masuk kepentingan politik.
Loh coba lu bayangin aja. Bencana itu pasti ada bantuan kan. Gimana kalau saat bantuan kepentingan itu masuk. Kita kan bentar lagi ada pemilu. Jangan salah kalau black campaign masuk perlahan lahan kepada masyarakat.

Ini bisa bahan acuan juga bagi orang orang  yang mau mengkritisi tulisan ini. Miris memang. Tapi itulah Indonesia. Penuh dengan teka teki. Orang sering sekali beretorika yang tidak sesuai dengan di lapangan nantinya.
Tapi ada aja yang milih pemimpin kayak yang beginian. Lu sadar gak sih. Jadilah orang aring yang bermanfaat bagi orang sekitarnya.
Kembali pada masalah bencana khususnya banjir. Bisa gak lu gak buang sampah gak sembarangan. Lu bayangin aja kalau satu hari orang punya satu sampah. Itung dech berapa jumlah penduduk kita. Buang dech ditepi jalan ato dimana kek. Jadi gining tu sampah. Belom baunya yang menyengat.
Tiba tiba hujan mengguyur tempat yang elo buang sampah tadi datang. Apa yang terjadi. Bisa mandek tu air hujan yang jatuh ketempat itu. Empat hari hujan tanpa henti. Banjir bandang datang. Patutnya lu bersyukur ato berdosa sih.
Di Pulau Hangat dikepung banjir. Di pulau sebrang. Sumatera sedang berkabung. Gunung Sinabung meluapkan amrahnya dengan mengeluarkan asap erupsinya. Lagi bencana datang lagi. Berenten bancana menghantui Indonesia.
Ane pertanyaan nih?
Kalau gunung yang aktif itu ketika erupsi apa ada hubungan yah dengan  gunung gunung yang aktif din sekitarnya?
Bagi donk ilmunya??
Karena ane lihat di pemberitaan. Gunung Marapi tepatnya di Sumatera Barat yang notabenenya masih dalam status aktif juga erupsi. Beberapa kali mengeluarkan asap tebal. Kejadian ini tidak jauh beda dengan meletusnya Sinabung. Kabar terbaru Sinabung kembali erupsi dan meluncurkan awan panas.
Ini analisa ane yah.
Sebenarnya alam kita ini murka dengan prilaku kita yang sok sok menjadi penguasa di bumi ini. Banyak sekali kejadian alam yang mempertontonkan kekuasaan tuhan. Itu sudah menjadi tanda bahwa kita hidup tidak sendiri.

***
Belum lagi banjir bandang yang melanda Manado. Memang menurut ane tak salah kita salahkan manusia. Awan panas. Kebayang gak awan panas bro. Bisa mati tu makhluk hidup. Yang namanya panas bisa jadi terbakar, terpanggang. Lu bisa cari sendiri arti kehidupan seperti apa?

Yang jelas ane berharap aja ada suatu moment yang bisa membuat manusia kembali ke kodratnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak terjadi lagi pertumpahan darah dan apalah namanya itu yang bisa membuat kerugian pada kita sesama.

Teori ujan ada yang tahu gak. Kenapa harus ada hujan. Dan kenapa harus ada panas juga.
Kadang ane heran juga dengan ane sendiri. Bisa bisanya hidup dan menikmati indahnya ala mini. Ane gak kepikiran kalau sempat ada tarif untuk tinggal di bumi dan beli tabung oksigen setiap hari yang gunanya untuk bernafas. Lu bayangin aja. Berapa dana yang harus kita keluarkan untuk membeli itu.

Masalah bencana harus dikaji secara holistic. Tidak bisa kita mengakaji secara satu sudut pandang saja. Secara agama di kaji. Secara ilmu juga di kaji. Jadi jangan hanya memakai satu unsur saja. Karena itu dapat menjadi perdebatan di antara kita.

Setuju lu kalau ane bilang Indonesia adalah negeri kaya akan alamnya dan panoramanya yang eksotis. Tapi kita kurang bisa akan memanfaatkan ilmu.

Ane ada temen kuliah di negeri tetangga. Namanya Udin dia memang jagok dalam segala halo. Ane gak ragu dia bisa ke sana. Ya dia memang punya otak komputer. Sekarang dia menekuni jurusan di bidang itu ya jaringan, segala yang berhubungan dengan komputer.
Sekarang coba bandingkan aja dengan universitas yang ada di Indonesia. Pasti beda jauh. Ane ambil satu aja contoh. Masalah sarana dan prasarana. Pemerataan ini yang belum ada di Indonesia. Banyak universitas punya mahasiswa pintar tapi minim sarana.

Ya untuk apa juga punya otak pintar tapi hanya bisa di simpan dalam otak. Tidak di aplikasikan dengan semestinya. Ane tidak sepenuhnya menyalahkan universitas. Tapi di sini ane hanya coba mengkritisi yang terjadi di lapangan.

Ane berharap aja ada yang bisa buat suatu inovasi yang bisa menghentikan banjir di Indonesia. Ilmu yang bermanfaat juga untuk kemaslatan bersama. Tidak salah juga semuanya. Tapi yang jelas kita harus berbenah.
Thank’s 
Edo Fernando




Bagi pembaca yang mau mengirim Tulisan jenis apa pun kirim ke : saanisme

      

Senin, 20 Januari 2014

'KESADARAN PALSU'

            
Aku pernah berpikir tentang kondisi bangsa indonesia, tempo dulu, saat ini dan akan datang. Ada hal yang sering mengganjal dibenak ini, aneh memang ketika hal itu aku sampaikan di forum diskusi. 

Tapi tak masalah aneh atau tidak pemikiran ku saat ini. Yang jelas, tak ada niat buruk terbesit dalam hati dan pikiran. Baik atau buruk, kontroversi atau tidak, itu adalah konsekuensi yang harus diterima ketika kita ingin menyampaikan sebuah pemikiran. 

Aku sering katakan kepada kawan-kawan dalam diskusi ringan atau hanya sekedar ngumpul,“Kita terjebak pada kesdaran palsu,’’.Reaksi yang kuterima, tentu bermacam-macam. Ada yang mendebat, ada yang setuju atau hanya sekedar senyum kecil sebagai tanda cemeeh.


Aku teringat stanup komedy yang disampaikan oleh Panji pragiwaksono, Ia mengatakan bangsa kita bangsa yang lebih mengutamakan pencitraan, penampilan, makanya bangsa kita seperti ini. Dengan ciri khasnya, pesan tersebut dia sampaikan dengan ringan dan menarik serta menghibur. Memang kalau kita dengar selintas, ini hanya sebuah guyonan. Hanya sebuah hiburan yang bertujuan untuk menghibur penonton yang hadir saat itu,.

Tapi bagi sebagaian orang, termasuk aku ini semua pesan yang sangat berarti. Disadari atau tidak, percaya atau tidak..!!. Saat ini budaya kesadaran palsu sering kita jumpai. Entah itu oleh pejabat, Eksekutif atau Legislatif. Atau oleh masyrakat kampus yang notabentnya insant akademis (Mahasiswa /Dosen). Saat ini aku berpikir ‘kesadaran’ palsu seolah-olah wabah penyakit yang terus menular tanpa ada yang peduli apalagi turun untuk mengobati dan mencari solusi.

Kesadaran palsu menurutku tak ubah bak penjilat yang hanya mencari muka, yang mereka kejar hanya pencitraan. Tapi aneh, tak semua orang menyadari ‘wabah ini’. Agar kesadaran palsu ini lebih mudah di terima oleh pembaca sekalian, aku akan memberikan beberapa contoh, baik itu yang dilakukan oleh president kita SBY ataupun yang dilakukan oleh kita sendiri sebagai masyarakat akademis ( Mahasiswa / Dosen).

Tahun 2013 silam tepatnya pada bulan Oktober, SBY memperingati hari ketahanan pangan nasional di Sumatra Barat. Acara tersebut di buat semeriah mungkin, dijadikan event sekala nasional, Gubernur- gubernur dan beberapa pejabat teras dinegri ini turut hadir. dilakukan persiapan yang ekstra. Menghabiskan dana milyaran rupiah bahkan mungkin triliunan, pasukan pengaman di turunkan untuk mengamankan acara yang bersifat serimonial tersebut. Di saat itu SBY perpidato panjang lebar dalam acara tersebut. Intinya Sebagai president Republik Indonesia SBY menginginkan Indonesia menjadi daerah penghasil pangan. Tidak lagi bergantung pada negara lain.

Sebagai Warga Negara Indonesia yang baik, keinginan dan niat SBY ini harus kita suport karena punya wacana yang baik terhadap bangsa ini kedepannya. Namun sebagai orang bijak, kita perlu mengkritisi hari ketahanan pangan nasional ini. Pertama, SBY menginginkan Indonesia menjadi negara yang mandiri. Tak lagi sebagai pengimport makanan, pada hal bumi kita ‘’Tanah Surga,’’ katanya. Tapi anehnya, diera pemerintahan  SBY ada berapa persent bumi kita ini yang diambil alih oleh perusahaan Raksasa, entah itu dijadikan Hutan Tanaman Indusri (HTI) atau perkebunan Kelapa sawit atau menjadi lahan pertambanagan..?

Bumi yang dulunya milik hutan wilayat, tempat masyarakat desa bercocok tanam untuk menyambung hidup. Namun  hari ini, dirampas oleh perusahaan raksasa tersebut..!!
Coba pembaca sebutkan satu saja, apakah ada masyarakat tempatan yang sejahtera / mandiri, ketika perusahaan tersebut masuk kewilayah mereka..?

Yang ada hanya pertikaian, perampasan, pembunuhan, pembantaian. Contohnya, konflik pulau padang, konflik bengkulu, konflik jambi, konflik di kalimantan. Ini semua salah satu bentuk pertikaian / konflik antara perusahaan raksasa dengan masyarakat lokal. 

Kalau kita cari hulu dari masalah ini siapa penyebabnya..? Menurut saya pemerintah. Kenapa...!! karena, mustahil perusahaaan –perusahaan tersebut bisa beroperasi tanpa izin dari pemerintah. Jadi, dengan kata lain pemerintah telah memberikan izin kepada pemilik modal  untuk mengelola sekian persent dari bumi kita. Hutan yang dulunya masih lebat sekarang makin gundul, yang lebih aneh. Masak hutan alam yang masih perawan dijadiakan HTI. Seharusnya, kalau mau buat HTI, ia ditempat gersang, atau daerah yang kurang susbur. Baru kalau seperti ini ada pembangunan dan perkembangan kearah yang positif.

Sawah dan kebun masyarakat yang dulunya hijau terhampar luas, kini sebagian besar telah di kuasai oleh perusahaan Raksasa. Bumi-bumi di tempok, laut kita yang dulunya kaya dan bersih kini telah dicemari oleh limbah-limbah perusahaan Raksasa. 

Inikan aneh, disatu sisi pemerintah kita seolah-olah mendoakan kehancuran alam indonesia. Dengan aksinyata mereka, memberikan izin perusahaan raksasa sebanyak-banyaknya. Tanpa kontrol yang kuat dan tepat dari pemerintah. Namun, Tahun 2013 silam tepatnya pada bulan Oktober. SBY beretorika tentang ketahanan pangan nasional. Seolah-olah pada saat itu semua orang yang mendengar pidato SBY menilai Ia telah berbuat untuk masyarakat dan pro masyarakat. Betul secara lisan SBY pro masyarakat. Tapi kebijakan memberi izin kepada perusahaaan raksasa tanpa kontrol yang tepat. Apakah ini pro rakyat. Seolah-olah perbuatan dan lisan SBY berbeda jauh.

 Bukan hanya SBY semua orang yang hadir di situ merasa telah berbuat untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Seolah-olah mereka telah berbuat yang mulia dan besar kepada negara tercinta ini. Mereka berpikir untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional telah selesai dengan serimonial tersebut, tanpa aksi nyata. Itu salah satu contoh kecil di Negara kita tercinta ini.

Kalau di UIN Suska tak sulit bagi kita untuk menemukan hal semacam ini. Bahkan ‘kesadaran palsu’ sudah menjadi budaya akademis, yang akan terus diwarisi dari generasi kegenerasi. Contohnya, baru-baru ini. Dialog kebangsaan misalnya. Atau bahkan acara seminaria yang sering dilakukan oleh organisasi internal kampus.

Dalam acara tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang dinahodai oleh Saidan, mendatangkan pembicara tokoh skala nasional. Entah itu, akabar Tanjung dan sebagainya mereka datangkan ke UIN Suska. Berapa banayak, tenaga, dana yang habis untuk kegiatan tersebut. Tapi coba kita berpikir secara logis, apa sih manfaat kegiatan tersebut bagi mahasiswa?

Apasih tindak lanjut dari kegiatan tersebut?. Apakah BEM sudah merasa puas dengan kegiatan tersebut. Seolah-olah semua panitia yang terlibat saat itu, telah melakukan hal besar terhadap UIN Suska. Namun disaat yang bersamaaan ada sekelompok mahasiswa yang menentang kegiatan tersebut. Mereka menilai kegiatan tersebut serat dengan politik praktis.


 Inilah ‘kesadaran palsu’ seolah-olah aktif atau tidaknya sebuah organisasi internal kampus dinilai dari berapa banyak organisasi tersebut melakukan seminar. Pada hal seminar itu Cuma bersifat serimonial, hampir sebagian besar peserta seminar tujuannya tak lebih hanya mencari sertifikat. Inilah realita kampus kita saat ini.

Untuk itu saya sarankan, bagi sebagian fakultas yang mewajibkan mahasiswa punya seminar itu perlu di pertimbangkan kemabli. Bahkan, ada yang memperjual belikan sertifikat, seolah-olah sertifikat dijadikan lahan bisnis. Perlu dipertanyakan hal ini?. Hanya perlu membayar dengan duit, selesai seminar sertifikat dapat tanpa harus hadir diacara tersebut.

Namun aneh, semua panitia yang terlibat pada acara tersebut mereka merasa telah melakukan perubahan besar. Pada hal, hanya seminaria yang tak bermanfaat. Saya ingin katakan tak selamanya  atau tidak seharusnya organisasi terjebak pada seminaria dan kegiatan serimonial.

Jumat, 10 Januari 2014

Aksi demo buruh dan Mahasiswa menjelang kenaikan BBM 2013 silam ( Foto)

Aksi demo para buruh dan mahasiswa di sejumlah kota besar menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi cukup merepotkan aparat keamanan yang bertugas.

Di beberapa tempat para demonstran dan petugas keamanan bahkan ada yang adu fisik menyebabkan menderita luka pada kedua pihak.

Sedangkan insiden yang tak kalah genting terjadi di markas para wakil rakyat di Senayan. Sidang paripurna DPR RI digelar untuk mengesahkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Perubahan 2013, salah satu poin krusial adalah persetujuan anggaran program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Namun, di tengah aksi demo buruh dan mahasiswa yang heroik dan suasana sidang paripurna di Senayan yang berlangsung alot tersebut tiba-tiba handphone mereka berdering seperti bersahutsahutan pertanda sebuah pesan pendek masuk (short message service/ SMS).

Pesan SMS tersebut seragam, “Subsidi BBM tidak tepat sasaran, lebih banyak dinikmati orang kaya, dan hanya menciptakan ketidakadilan…!!! Pengaduan, ketik BBM (spasi) isi pesan kirim 1708.” Siapakah gerangan pengirim SMS? Di layar telepon seluler pengirim tertulis TimSos BBM.

SMS sosialisasi kenaikan harga BBM tersebut tak mempan untuk mendinginkan aksi demonstrasi yang berlangsung panas itu.

Para buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) dan mahasiswa antikenaikan harga BBM bersubsidi yang turun ke jalan rupanya tak bisa lagi dibujuk untuk menghentikan aksinya.

Dengan tegas Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyuarakan bahwa buruh menolak keinginan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dan pemberian BLSM sebagai kompensasi bagi masyarakat miskin. Kenaikan harga BBM tersebut sudah pasti mengerek ongkos transportasi dan biaya hidup lainnya.

Itulah yang ditakutkan para buruh sehingga harus mematahkan keinginan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Memang tak bisa dipungkiri bahwa kenaikan harga BBM selalu “sepaket” dengan kenaikan tarif transportasi.


****
Aksi demo para buruh dan mahasiswa di sejumlah kota besar menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi juga terjadi di Pekanbaru. Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis premium menjadi Rp6.500 per liter dan solar Rp5.500 per liter, yang berlaku efektif sejak Sabtu dini hari (22/6/2013).


Inilah foto-foto, menjelang kenaikan harga  Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis premium menjadi Rp6.500 per liter dan solar Rp5.500 per liter, (22/6/2013). (Saan)

























Rabu, 08 Januari 2014

Gempika



Mahasiswa sering di sebut sebagai agent of change. Namun dalam kehidupan demokrasi dikampus mahasiswa sering ditumpangi oleh banyak pihak, baik itu politik praktis, kepentingan organisasi eksternal kampus, kepentingan kelompok dan golongan. Sehingga dalam realitanya gelar agent of change masih diragukan untuk mahasiswa saat ini. Contohnya,Pelaksanaan kongres UIN Suska Riau tahun 2013 silam, berlangsung tiga kali dalam waktu yang berbeda. Dipandu oleh tiga pimpinan sidang yang berbeda untuk satu kesepakatan.Sehingga sempat terjadi hujan intrupsi yang kurang etis, bahkan adu fisik pun tak terelakkan, baik itu sesama mahasiswa dan pihak keamanan. Seharusnya, hal seperti ini tak harus terjadi pada masyrakat kampus yang akademis. 

   Bukan hanya itu sepanjang tahun 2013 silam, banyak ‘aksi’ yang di lakukan oleh mahasiswa UIN Suska Riau. Mulai dari Gejolak di Fakultas Ushuluddin, mahasiswa Fakultas Ussuluddin menilai pemilihan ketua jurusan Tafsir Hadist (TH) ada indikasi kecurang oleh senat di fakultas tersebut. Setelah melakukan ‘aksi’ beberapa kali, akhirnya diadakan audiensi antara mahasiswa dan senat. Setelah audiensi dilakukan akhirnya ditemukan indikasi kecurangan tersebut.

   ‘Aksi’ Gempika (Gerakan Mahasiswa Peduli UIN Suska) menolak datangnya beberapa tokoh politik nasional yang datang ke UIN Suska. Mereka menilai  acara tersebut serat dengan politik praktis. Selain itu, Gempika mengaku menemukan bukti adanya politik praktis. Dalam ‘aksi’ tersebut juga terjadi bentrok anatara Gempika dengan pihak keamanan. Baru-baru ini juga ada ‘aksi’ pengumpulan koin oleh Mahasiswa jurusan Kimia. Puncaknya, mereka melakukan ‘aksi’ kerektorat, dan memblokir beberapa ruas jalan yang ada di di kampus UIN Suska. ( saan)